Aku merapikan rambutku yang sudah rapi, juga bajuku yang licin. Tidak ada yang kusut sebenarnya
Pintu terbuka aku pura-pura sibuk bermain, dan ketika seseorang menyapa aku berbalik sambil tersenyum.
Namun wajahku seketika biasa saja, itu bukan Martin melainkan John.
Dialah temannya yang datang, hanya dia sendirian.
Sebagai bentuk keramahan aku menyambut ucapannya.
Kesal tentu saja, namun aku tak boleh menunjukkan emosi, itu yang selalu dikatakan oleh keluargaku.
Jadi sebagai bentuk tambahan keramahan, aku bercanda dan dengan santai mengatakan bahwa apa ia datang sendirian.
"Teman yang satu itu tak bisa diharapkan, susah sekali diajak pergi bersama, tapi kalau sudah berbau teknologi dia datang paling cepat," ucapku.
meski tidak terlalu banyak barang mungkin ia tengah diletakkan di dalam gudang.
sebenarnya kalau mereka ingin membunuhnya Bukankah seharusnya ketika bertemu Kenapa ia harus dibawa susah payah ke sini bahkan sampai diikat.