Ia dimarahi habis-habisan.
Memang sudah ia duga pada akhirnya akan jadi seperti itu, namun apa boleh buat, ia tak menampik telah melakukannya, meski badan nya sendiri sudah lebam karena dipukuli.
Ayahnya memukul di daerah yang tak mudah dilihat.
Ia senang, sangat menyenangkan rasanya bisa melakukannya, menyesal? ia bahkan tak tahu defisini dari rasa penyesalan itu sendiri.
Kenapa harus menyesal karena telah menolong orang lain.
Lagipula seharusnya ia bangga, sebab karena dirinya hal ini bisa mencuat ke muka umum.
Beberapa kali saudaranya terdengar mengetuk pintu, niatnya ingin mengajaknya bicara, namun dengan sopan dan santai ia menolaknya, karena ia baik-baik saja, fisiknya memang terluka, namun tidak dengan hatinya.