Padahal baru berjalan setengah hari, namun rasanya seperti sudah menempuh perjalanan yang sangat panjang dengan rute yang menyulitkan.
Walau saat masih kecil, mereka benar-benar bisa berharap bisa berpetualang di luar dinding, dan menjadi prajurit pemberani, namun yang terjadi malah sebaliknya, sekarang saja sudah pegal rasanya.
"Kapan kita akan sampai?" Keluh Theodore berjalan dengan wajah malas. Matanya sayu dengan bibir dimanyunkan. Ia berpikir apa teman-temannya tak merasakan kelelahan seperti dirinya. Kenapa yang lain terlihat biasa saja.
Jika bisa ia ingin merayap saja seperti binatang melata, kelabang contohnya. Namun sekarang, ia malah lebih mirip siput jika disuruh membandingkan. Sangat lelet dan rasanya ingin menyerah.
Tasnya juga mirip dengan rumah siput yang harus dibawanya ke mana-mana.
Ia berjalan agak tegak ketika Kai menoleh ke arahnya, anak itu ikut berjalan kaki, ternyata dibandingkan dengan badannya, ia cukup kuat walau sudah Mave ajak untuk naik saja ke punggungnya. Membuat Theo merasa lemah.
"Mana aku tahu, kurasa masih jauh," sahut Zed melihat sekeliling.
Cuaca setidaknya agak enakan dibandingkan dengan tadi siang yang sangat panas, rasanya matahari berjarak sangat dekat. Tak terhitung berapa kali mereka berhenti karena Theodore yang paling berisik terus meminta untuk istirahat. Ditambah tak tega pula mereka melihat Kai. Bisa-bisa anak itu jatuh sakit.
"Oh, ya ampun." Theodore menghela napas panjang. Petualangan rupanya tak semenyenangkan yang ia bayangkan ternyata. Jika serangan itu tak terjadi, mungkin yang ia lakukan sekarang berendam di sungai untuk menurunkan suhu tubuh yang kepanasan karena cuaca. Makanan juga masih bisa dicari. Tapi di dalam dinding tak lagi aman, setidaknya walau melelahkan ia masih punya teman-temannya.
"Jika kau memang seribut itu, lebih baik bernyanyi saja." Wisley menoleh ke arah Theodore, ia memberikan saran yang terbilang aneh. Entah apa maksudnya.
"Hei, aku tak pandai bernyanyi!" Bantah Theo tak terima. Namun, ucapan dan tindakan sangat berbeda. Dalam waktu singkat ia sudah membuat lagu santai yang bisa diterima banyak orang.
Mendaki bungkit merah yang tinggi
Lalu akhirnya turun lagi
Berderap langkah kaki mengikuti
Arah langkah yang tak terperinci
"Hei lagu apa itu?" Zed mengeryitkan keningnya mendengar lirik lagu yang terdengar aneh. Sedikit menyesal karena telah menyarankan hal seperti itu. Tapi Theodore malah tampak acuh.
Lihatlah ke depan, belakang dan samping
Diriku terjebak di tengah tempat tak terjamah
Mereka mengatakan aku berisik
Padahal aslinya aku asik
Cepatlah bergerak
Jika tak mau dianggap semak
Tak terpengaruh pada ucapan Zed yang mengomentari lagunya, Theodore melanjutkan lagunya yang dikarang bebas tentunya.
Mencari-cari tempat yang dianggap rumah
Dengan hati penuh harapan suka cita
Dan aku si berisik Theodore
Siap melanjutkan petualangan
Yahoo!
Nadanya terdengar ceria, cukup untuk membuat semangat bangkit kembali.
"Haha." Mave tertawa nyaring bersama Kai, lain lagi dengan Wisley yang tersenyum geli, hanya Zed yang mengaruk kepalanya sebab bingung dengan lagunya.
"Andai ada pertunjukan jalanan, bisa dipastikan aku akan mendapatkan banyak uang," kata Theodore dengan bangganya.
"Atau dilempar dengan batu," Zed menyahut ringan diiringi senyum jahilnya.
"Ya ampun Zed, sebaiknya kau tutup kepalamu, aku takut ada burung yang hinggap nantinya karena berpikir rambut keritingmu sebagai sarangnya," balas Theodore tersenyum sengit.
"Mau kugelidingkan kau biar cepat sampai?" tawar Zed tersenyum lebar.
"Aku bisa jalan sendiri."
Memang begitulah mereka, saling melempar candaan ringan walau terdengar seperti tengah bertengkar.
***
Agaknya, kaki-kaki itu mengencang ketika diistirahatkan pada malam hari.
Mereka sudah berhenti sejak matahari sudah terbenam sepenuhnya. Memilih tempat yang dekat dengan pohon besar, beruntung hari begitu cerah, hingga langit menampakkan gemerlap bintang-bintang di angkasa.
Kai menegadah menatap langit malam, baginya berada di tempat antah berantah dengan pemandangan indah tak begitu buruk. Sementara yang lain memijat kaki masing-masing.
Theodore berkata sarkastik mengatakan engselnya sepertinya sudah berpindah tempat.
Rasanya berjalan seperti sekarang merupakan ide yang sangat buruk, dan terus menerus. Menyingung tentang kuda sambil makan malam.
"Daripada mengerutu lebih baik tidur saja."
Mereka semua tidur berimpitan, agar tidak terganggu, Mave memindahkan adiknya ke arah pinggir.
Sudah lama mereka tak merasakan udara sesejuk ini. Sebab di dalam dinding rasanya udara begitu panas karena hanya berputar di satu tempat saja.
Sudah lewat tengah malam, ketika semuanya sudah terlelap.
Mave tiba-tiba terbangun karena merasakan kandung kemihnya penuh. Harus cepat dikeluarkan agar ia merasa lega. Ia bangkit pelan-pelan agar tak membangunkan yang lainnya.
Perkemahan sederhana yang dibuat rupanya cukup nyenyak. Beruntung hari tidak hujan karena mereka tak punya atap apapun. Hanya beralaskan kain yang dibawa.
Mave mengambil jarak cukup jauh. Ia sedikit begidik dan lega. Namun sedari tadi, rasanya ia seperti mendengar suara sesuatu. Sebenarnya ja terbangun pada awalnya juga karena suara yang didengarnya barusan.
Krek kresek sss
Ada suara seperti gemuruh kecil dan seretan kecil. Ia berusaha mempertajam indera pendengarannya.
Asalnya dari dalam tanah. Ia menunduk untuk melihat lebih jelas.
Bertepatan dengan sinar bulan yang makin terang. Matanya melotot. Baru ia sadari di sekeliling banyak terdapat lubang-lubang menganga sebesar jempol kaki, kenapa ia baru melihatnya sekarang.
Dari sana muncul semut-semut yang berukuran sebesar jari kelingking Kai. Semut-semut itu berwarna kemerahan dengan jumlah yang sangat banyak, cukup membuat begidik ketika ia keluar bersamaan.
"Sial."
Mave menarik napas panjang.
"Semuanya bangun cepat!" Mave berteriak sambil berlari ke arah teman-teman dan adiknya. berada. Mereka yang kaget langsung terlonjak dari tidurnya. Kai mengucek matanya yang masih mengantuk. Sementara seperti biasa Theodore mengerutu karena Mave berisik padahal hari masih gelap.
"Cepat lari!" Teriaknya lagi. Wisley yang menyadari pertama kali langsung mengendong tasnya dan menarik Kai, lalu memeluknya sambil berlari. Zed juga ikut mengambil tas dan menggendongnya. Sementara Theodore bangkit dan langsung berlari tanpa membawa apapun. Ia yang paling lama sadar, namun begitu melihat hewan-hewan yang berukuran tak wajar membuatnya ketakutan.
"Hei, bodoh! Tasmu!" Kata Zed sudah berlari di dekat Theodore. Zed sendiri sudah membawa tas Mave.
Mave berteriak sambil mengambil tas Theodore dan mencengkeram dua kayu yang tersisa, sementara kain-kain ditinggalkan begitu saja.
Mereka terus berlari kencang, sampai semut-semut itu tak lagi mengejar. Mereka langsung terduduk dengan napas tersengal-sengal. Dapat mereka lihat dari jauh kain yang tertinggal telah dikerubuti oleh semut sampai tak bersisa.
Theodore mengusap tubuhhnya yang begidik. Membayangkan bahwa kain itu adalah tubuhnya sendiri.
Mave menyerahkan tas kepada Theodore tanpa berkata-kata apa-apa.
"Lain kali kalau lari bawa barangmu, karena hanya itu yang masih tersisa," ujar Zed seakan mewakili yang lainnya.
"Maafkan aku," lirih Theo merasa menjadi beban.