Chereads / Gadis Pendaki / Chapter 41 - Bab 41 Anugerah Bulan

Chapter 41 - Bab 41 Anugerah Bulan

Aku dan Indra memberikan nama Bulan Anugerah kepada malaikat kecil yang aku dan Indra temui di malam itu. Bulan melambangkan bahwa kami dipertemukan di malam hari dengan disaksikan oleh cahaya bulan. Meskipun sebenarnya saat itu hujan deras sedang mengguyur tanah tempat kami dipertemukan.

Malaikat kecil kami sungguhlah malang. Mungkin jika dia bisa memilih, dia lebih memilih untuk tidak dilahirkan saja daripada harus dibuang. Sosok mungil yang sangat membutuhkan kasih sayang ini malah dengan tega diterlantarkan begitu saja di depan rumah orang yang tak dikenal. Untuk aku dan Indra termasuk orang baik yang bersedia merawatnya. Bagaimana kalau yang ditemuinya malah orang jahat? Nyawa yang sebenarnya sudah di ujung tanduk rasanya akan semakin mencapai ke ujung tempat dia akan terjatuh.

Sebenarnya orang tuaku dan Indra sedikit menentang keputusan kami untuk mengadopsi Bulan. Namun, aku dan Indra meyakinkan mereka untuk mau memberikan restu. Kami mengatakan bahwa mungkin ini adalah jawaban dari Tuhan atas doa-doa yang selama ini kami panjatkan.

Manusia memang bisa berencana, tapi Tuhanlah yang akan menentukan segalanya. Manusia hanya tahu apa yang mereka mau, tanpa tahu apa yang terbaik untuknya. Tidak selalu apa yang diinginkan adalah yang terbaik untuknya. Karena yang paling tahu hanyalah Tuhan semata. Sehingga, hadirlah Bulan di tengah-tengah kami untuk berbagi kebahagiaan.

Siapa pun dan bagaimana pun orang tua kandungnya, Bulan tetaplah anak yang tak berdosa dan tak tahu apa-apa. Dia berhak untuk hidup dan menerima kasih sayang. Dan aku bersama Indra akan mewujudkan hari-hari bahagia untuknya. Itu adalah janjiku bersama Indra.

Aku dan Indra berjanji akan menganggap dan memperlakukannya layaknya darah daging kami sendiri. Kami selalu berusaha mengambil sisi positifnya bahwa aku dan Indra benar-benar dikaruniai seorang anal setelah sekian lamanya bersama. Bertemu Bulan, malaikat kecil kami menjadi salah satu hal yang membuah kehidupan kami berubah.

Beruntung aku sudah tidak bekerja lagi di kantor lamaku. Bekerja di tempat usaha Indra menjadikanku lebih punya banyak waktu luang. Sehingga, waktuku untuk menjaga Bulan pun tidak begitu mengganggu aktivitas keseharianku. Bahkan, aku bisa mengajak Bulan ke tempat kerja sembari menjaganya.

Hanya saja, belajar menjadi seorang ibu tidaklah mudah. Banyak sekali hal-hal yang membuatku kesulitan. Mulai dari memandikan Bulan, memakaikan baju, menggantikan popok, dan menenangkannya saat dia mulai menangis. Sampai-sampai terkadang aku merasa bersalah karena belum bisa merawatnya dengan baik. Meskipun demikian, aku selalu berusaha menjadi yang lebih baik dari hari ke hari. Beruntung saat ini sudah banyak tutorial untuk menjaga anak bayi yang di unggah di sosial media. Sehingga, cukup melalui sosial media terkait parenting, banyak sekali hal yang bisa kupelajari. Bahkan, dalam menimba ilmu-ilmu tersebut aku tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun.

Rasa lelah dan kesulitan yang kurasakan tidak sebanding dengan rasa bahagia yang aku dapatkan. Aku benar-benar bahagia merasakan menjadi seorang ibu benaran. Jangankan aku, Indra saja merasakah hal yang sama.

"Sayang, sekarang Kamu sudah terlihat jadi mama yang sebenarnya," ungkap Indra setelah tiba di rumah, sepulang kerja.

"Memangnya dari kemarin Aku belum terlihat seperti itu?" jawabku mempertegas pernyataannya.

"Beda saja auranya. Mamanya Bulan memang sangat luar biasa. Makanya, untuk bertemu sampai menikah denganmu adalah takdir Tuhan yang luar biasa dalam hidupku. Itu adalah awal dari semua proses kehidupanku yang lebih bermakna."

Indra memang selalu berhasil membuatku tersenyum bahagia. Tidak hanya dengan ucapan, tetapi juga dengan tindakannya. Meskipun lelah bekerja, setelah pulang dari kantor dia tak enggan untuk membantuku merawat Bulan. Sehingga, rasa lelah yang kurasakan tidak hanya kupikul sendiri. Merawat Bulan bersama dengan Indra merupakan hal yang sangat membahagiakan bagiku. Dia benar-benar menghargai dan menyayangi keluarganya. Sikapnya yang lembut begitu mencerminkan ketulusan hatinya.

"Terima kasih ... padahal Kamu pasti sudah kecapekan gara-gara kerjaan di kantor. Eh, sekarang pulang kerja dan sampai rumah bukannya istirahat malah bantu istri buat beres-beres dan menjaga Bulan," ungkapku pada Indra.

"Aku malah menjadi orang jahat jika tidak membantu seperti saat ini. Yang harus menjaga Bulan bukan hanya Kamu, tetapi juga Aku, Papanya." Aku dan Indra saling tersenyum dan bertatapan mata. Tak lupa, Bulan yang sedang ada dalam gendonganku dan tengah tertidur pulas pun seakan ikut merasakan atmosfir penuh kebahagiaan tersebut.

Ada cerita lucu di antara kami bertiga, aku, Indra, dan Bulan. Saat itu Indra ingin mencium pipiku. Namun, entah kenapa Bulan malah menangis seakan dia cemburu terhadap kemesraanku dengan Indra. Saat itu juga aku dan Indra tertawa terbahak-bahak, sampai-sampai petugas keamanan memperhatikan. Kebetulan waktu itu kami sedang belanja kebutuhan rumah. Sehingga, mau tidak mau Indra harus menemaniku.

Tetangga-tetanggaku kami mulai kembali bergosip. Dari sekian banyak gosip yang beredar, ada satu gosip yang sangat memperhatikan arah mataku tertuju. Orang-orang berkata bahwa Bulan adalah anak hasil perselingkuhan Indra dengan wanita lain. Padahal, mereka semua juga seharusnya sudah tahu tentang Indra, minimal orang-orang tahu bahwa selama ini bukan kami yang melakukannya. Aku pun tak tahu apa yang sebenarnya ada di isi otak mereka. Mereka hanya bisa curiga, memfitnah, dan berkomentar miring. Untung Indra orangnya tenang, bahkan membuatku menjadi ikut tenang. Dia tidak pernah mengambil pusing omongan orang tidak jelas, terutama tanpa adanya bukti.