Chereads / Gadis Pendaki / Chapter 43 - Bab 43 Tragedi

Chapter 43 - Bab 43 Tragedi

Aku mulai menapakkan kaki di tanah lembap dan sejuk di kaki gunung Salak. Aku dan Indra sudah memilih lokasi untuk kami menghabiskan malam bersama. Tentu saja Anugerah pun ikut bersama kami.

"Wah, akhirnya bisa pakai cariel ini juga, ya?" kata Indra sembari menggodaku yang sudah sejak lama ingin memakainya sebagaimana peruntukannya.

"Iya, syukurlah ... akhirnya tiba juga saat-saat seperti ini. Ini semua juga berkatmu. Terima kasih, Sayang!" balasku merayu.

"Aku juga bersyukur bahwa Anugerah tidak terlalu sensitif dengan udara dingin. Kamu tahu sendiri kalau anak kecil pasti tidak terlalu tahan dengan dingin. Jangankan anak kecil, kita saja orang dewasa kalau di daerah pegunungan seperti ini pasti merasa kedinginan kok!"

"Iya, Kamu benar. Untunglah! Memang Anugerah anak pintar, ya?" ucapku sambil memandang wajah Anugerah dan mengajaknya berbicara.

"Memang Anugerah anak Papa dan Mama! Sedari kecil sudah kompak dan satu frekuensi banget sama Mama dan Papa!" ungkap Indra seakan membangga-banggakan Anugerah, anak kami.

"Jelas dong! Anugerah kan anak kita, pasti dia juga senang pergi ke tempat seperti ini. Seperti Papa dan Mama. Iya kan, Nak?" balasku sambil memberikan semangat untuk Indra yang tengah menggendong Anugerah dan perbekalan kami.

Kala itu kabut mulai datang. Suasana yang semula ceria berubah menjadi sedikit mengkhawatirkan. Rintik hujan pun datang mengiringi keberSamaan kami. Beruntung kami telah tiba di lokasi pendirian tenda dan Indra segera mendirikan tenda untuk kami. Sementara, aku dan Anugerah tengah berteduh di sebuah gubuk yang dibuat seadanya oleh seseorang. Sepertinya itu memang tempat yang dibuat untuk berteduh sementara.

Betapa beruntungnya Aku dan Indra. Semua terasa sangat mudah. Sampai-sampai aku takut kalau tiba-tiba nanti ada sesuatu hal yang tidak mengenakkan. "Mama, lapar!" ucap Anugerah sambil menarik-narik bajuku.

"Wah, anak Mama sudah lapar? Betul juga sih, kita belum makan dari tadi. Apalagi sekarang sedang hujan. Membuat suasana dan udara semakin terasa dingin. Jadinya, perut semakin cepat merasa lapar. Papa, mari kita lihat ada apa yang bisa kita makan?" ungkapku pada Indra memintanya untuk membuka bekal makanan yang kami bawa.

Suasana hangat tercipta di antara kami bertiga. Meskipun di tengah hujan, tapi kami berhasil menciptakan sebuah kehangatan. Aku bahagia dengan apa yang kumiliki saat ini. Suami yang baik hati, anak yang penurut dan sayang pada kami, dan kehangatan keluarga yang selalu aku nikmati setiap harinya.

Tiba-tiba ketika semua selesai makan, ada babi hutan mendekat dan hampir menyerang kami. Untung saja dengan segala upaya, Indra berhasil menghalau rombongan babi hutan itu untuk tidak menyerang kami. Entah apa yang terjadi jika kami tidak bersama Indra. Dia sudah sangat paham di situasi seperti sekarang ini. Dia sudah sangat terlatih di alam terbuka dan mampu melindungi kami, istri dan anak-anaknya dengan penuh tanggung jawab dan keberanian.

"Kalian tidak apa-apa? Apa ada yang sakit?" tanya Indra terlihat begitu panik. Dia segera memastikan keadaanku dan Anugerah setelah semua rombongan babi hutan itu pergi. Kami memang tidak terluka sama sekali, tapi Anugerah sangat terkejut dan ketakutan melihat kawanan babi hutan yang sebelumnya hendak menyerang kami tersebut.

Setelah sejauh kami berjalan meninggalkan rumah semua baik-baik saja, kami harus mengakhiri perjalanan hari ini dengan sebuah kesedihan dan trauma tersendiri untuk Anugerah kecilku yang malang. "Maaf, Papa membawa kalian mendekati bahaya." Indra terlihat menyalahkan dirinya atas kejadian yang menimpa kami bertiga.

"Sudahlah, Sayang … tidak perlu menyalahkan diri begitu. Ini semua di luar perkiraan kita. Aku dan Anugerah tidak terluka kok. Hanya saja, Anugerah memang sedikit terkejut dengan apa yang dia lihat. Kalau begini, sepertinya kita tidak bisa melanjutkan rencana kita semula untuk menginap dan menghabiskan malam di area ini."

"Iya, Kamu benar! Sangat berbahaya tempat ini untuk kita bermalam. Mendingan kita pilih tempat yang lebih aman. Namun, sepertinya itu untuk beberapa waktu ke depan. Untuk sementara, kita mencari penginapan saja di sekitar sini. Itu jauh lebih bagus dan aman untuk kita bertiga. Yang terpenting adalah, kita harus mengobati trauma Anugerah terlebih dulu."

Anugerah masih tak berhenti menangis. Dia sangat trauma dengan apa yang kami alami beberapa saat lalu. Setelah tiba di penginapan, Indra langsung menggantikanku untuk menggendong Anugerah dan mengajaknya keliling penginapan dan menikmati suasana sekitar. Aku tahu bahwa dia sedang berusaha mengalihkan pandangan dan mencoba menghilangkan rasa takut yang masih tersimpan dalam ingatan gadis kecilnya.

Aku melihat betapa Indra berusaha membuat gadis kecilnya itu tersenyum kembali. Sembari menunggu mereka berdua kembali ke kamar, aku mulai menata dan merapikan barang bawaan kami. Setiap perjalanan pasti ada pelajaran yang bisa diambil. Begitu juga dengan hari ini. Mungkin Anugerah mengalami trauma atas kejadian yang telah menimpa kami bertiga. Namun, aku yakin bahwa dia akan mendapatkan pengalaman yang luar biasa yang tidak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya. Selain itu, dia akan semakin paham bahwa papanya begitu menyayangi dan melindunginya.

"Anugerah takut ya karena bertemu banyak babi hutan tadi?" tanya Indra kepada Anugerah yang masih erat digendongnya. Anugerah pun mengangguk-anggukkan kepalanya menyatakan bahwa apa yang dikatakan papanya adalah benar.

"Maaf, ya ... gara-gara Papa, Anugerah jadi melihat kejadian yang menyeramkan. Tapi Papa janji, Papa akan selalu melindungi Anugerah dan Mama baik kini maupun nanti. Seumur hidup Papa, Papa akan melindungi kalian. Jadi, Anugerah tidak perlu takut lagi ya, Sayang?" pinta Indra kepada gadis kecilnya itu. Anugerah pun terlihat percaya akan apa yang dikatakan oleh papanya tersebut. Meskipun tak sesering denganku, tapi kebersamaan dan kedekatan antara Indra dan Anugerah tak kalah dengan kedekatanku dengannya. Dan hal itu membuat aku menjadi sangat bahagia melihat mereka berdua.