Max yang sejak tadi duduk berseberangan dengan ibunya, lantas menggelengkan kepalanya secara perlahan. Dia tahu dengan jelas alasan yang mendasari kemarahan Aisha. Satu-satunya orang yang bisa memantik kemarahan ibunya hanyalah Adrian.
Max menatap lekat sosok Aisha. "Bunda, biarkan saja. Lagipula kita memang sering gagal saat mencari informasi, bukan?"
Aisha menoleh dengan tatapan tajam. "Biarkan saja, katamu? Aku sudah merogoh kocek yang mahal tapi tetap saja sia-sia karena tak membuahkan hasil. Sialan!"
Max terkekeh pelan. Dia menyandarkan punggungnya kembali. "Lagipula kita gak mungkin bisa mendapatkan informasi. Dia pria yang sangat waspada pada orang-orang di sekitarnya dan selalu menyembunyikan segala hal. Satu-satunya orang yang bisa dicari tahu hanyalah Ayah," lirihnya.
Kening Aisha tampak berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu. "Abraham? Ha, dia bahkan tak dekat dengan anaknya sendiri. Mana mungkin dia mengetahui informasi yang tersembunyi?"