Sophia buru-buru masuk ke dalam toilet. Dia lantas berdiri tepat di depan wastafel sambil menatap pantulan wajahnya yang kini tampak dihiasi semburat merah merona.
Dia lantas menepuk wajahnya beberapa kali sambil mencoba untuk menahan gejolak yang makin terasa begitu kentara di dalam dadanya. Saat kembali teringat tentang Adrian, lagi-lagi dadanya terasa berdesir.
"Ugh … kenapa aneh sekali rasanya? Padahal aku yakin tak memiliki perasaan apapun pada Adrian. Kadang aku memang merasa salah tingkah, tapi sepertinya itu tak bisa dikatakan sebagai ketertarikan. Lagipula selama ini dia telah banyak membantu. Rasanya aneh jika mengartikannya sebagai rasa suka. Bukankah jauh lebih pantas dikatakan karena tak enak hati?"