Jessica meringis sambil memegang pipinya yang terasa berdenyut-denyut nyeri. Perih, itulah yang dirasakannya sekarang.
Tak pernah sekalipun terbayang olehnya akan mendapatkan sebuah tamparan dari ayahnya sendiri.
Napas Antonio kini naik turun karena emosi. Sejak awal dia tidak berniat untuk bersikap kasar pada putrinya. Namun Jessica yang bertingkah arogan membuat amarahnya yang menggunung semakin meluap-luap.
Perlahan, Jessica mulai mendongakkan wajahnya dan memberanikan diri untuk menatap menikmati milik ayahnya yang kini diselimuti oleh amarah membara.
"Apa Ayah memang orang yang seperti ini?"
Kening Antonio tampak berkerut. Sedangkan Jessica justru menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyum tipis.
"Mungkin Ibu pergi karena alasan ini juga."
Hanya dengan beberapa kalimat saja sudah berhasil membangkitkan amarah yang sempat mereda.
Rahang Antonio tampak mengetat. "Jangan kelewat batas, Jess!" sentaknya.