Radit membanting pintu apartemennya dengan kasar. Hatinya terasa bergemuruh saat mengetahui tentang janin yang tengah dikandung istrinya ternyata bukan darah dagingnya.
"Brengsek! Padahal aku sudah mengira kalau ini merupakan kesempatan yang bagus untuk mendapatkan hati Sophia." umpatnya kesal.
Radit mengacak-acak rambutnya sendiri dengan kasar. Amarah di dalam dadanya semakin menumpuk kala melihat istrinya semakin dekat dengan kekasih barunya. Cemburu, itulah yang dirasakannya sekarang.
Harapannya untuk kembali bersama dengan Sophia, harus dikubur sedalam mungkin sebab tak ada kemungkinan untuk mempertahankan rumah tangganya.
Radit mendengus kesal. Setelah kehilangan Sophia, dia juga harus merelakan Jessica. Gadis naif yang biasanya akan berlutut di depan matanya itu kini mulai memberikan diri untuk memberontak dan tak segan memutuskan hubungan secara sepihak.
"Kenapa hidupku jadi seperti ini?"