Radit mengetatkan rahangnya. "Kalau kamu berniat untuk merendahkan diriku, itu semua hanyalah mimpi, Jess!" sentaknya dengan suara yang meninggi karena merasa marah.
Setiap kalimat yang terlontar dari mulut gadis di hadapannya berisi hinaan. Wajar bagi Radit untuk merasa kesal karena diremehkan.
Radit tak pernah berpikir kalau pengorbanannya kali ini tak dianggap. Semalaman dia merasa khawatir akan keadaan Jessica, namun kekasihnya justru bertingkah memuakkan.
Jessica menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyum sinis yang tampak meremehkan. "Kalau kamu merasa kesal, pergilah. Aku juga tidak ingin melihat wajahmu yang memuakkan." sinisnya lagi. Tanpa peduli dengan lawan bicaranya yang memasang wajah merah padam.
Radit mengepalkan tangannya dengan erat. "Kamu pikir aku akan–
"Berhenti mengancamku dan pergilah. Apa kamu sudah lupa kalau aku juga bisa berbuat hal yang mengerikan, huh?!" potong Jessica. Dia bahkan tak membiarkan Radit menyelesaikan ucapannya.