Radit mengepalkan tangannya dengan erat setelah mendapatkan ancaman dari Agil. Dia bahkan tak menyangka kalau orang rendahan justru berani untuk berlagak di hadapannya. Meski merasa terhina, Radit telah kehilangan nyalinya.
"Ck! Sialan." Decak Radit sambil mengusap wajahnya yang berdenyut nyeri.
Radit melirik ke arah lantai atas. Dia kesal bukan main saat membayangkan istrinya kini tengah tidur dengan lelap padahal baru saja membuat harga dirinya tercoreng. Radit ingin sekali menyusulnya dan mendobrak pintu. Namun rasanya tak mungkin. Sebab Agil tidak akan membiarkannya melakukan hal itu.
Radit memicingkan matanya saat menyadari sejak tadi tengah diperhatikan.
Agil yang tampak melipat kedua tangannya tepat di depan. Kini menatapnya dengan tatapan tajam. "Sebaiknya Anda pergi saja–"
"Kau mengusirku, huh?!" Radit memotong ucapan Agil, bahkan sebelum pria bertubuh kekar itu berhasil menyelesaikan ucapannya.