Radit mengangkat tangannya ke udara, seolah dia bersiap untuk melayangkan tamparan keras untuk istrinya. Namun setelah mendapatkan reaksi yang mengejutkan, tiba-tiba dia mengurungkan niatnya.
Akan jauh lebih baik jika istrinya itu memasang wajah terkejut atau meminta belas kasih. Tapi apa-apaan ini? Sophia justru melotot seolah tidak merasa takut sedikitpun.
"Kenapa? Bukannya tadi kamu mau menamparku? Ayo tampar sekarang juga. Bukankah ini adalah keahlianmu?" tantang Sophia. Meski jauh di dalam hatinya, dia merasa takut.
Radit mendengus kesal. Bukan ini yang diinginkan olehnya. Dia justru ingin melihat tatapan mengiba meminta belas kasih yang ditunjukkan Sophia.
"Dasar wanita tidak waras!" sentaknya.
Sophia tersenyum tipis, senyum yang tampak miris. Bahkan saat ini, Radit tak segan untuk menghinanya secara terang-terangan. "Kalau aku gila, lalu sebutan apa yang pantas untukmu? Pria sampah? Pria pengecut atau bahkan banci?"