Jessica pulang ke rumah dalam keadaan penuh amarah. Bagaimana tidak? Dia berniat untuk mengunjungi sang sahabat, namun malah mendapati sesuatu yang tak terduga.
Aneh, pikirnya.
Sophia tak mungkin terus menerus mengucapkan sesuatu yang membuat dirinya terpojok jika bukan karena mencurigai sesuatu.
Jessica menggigit ujung jarinya sendiri dengan keringat dingin mengalir di pelipisnya. "Apa mungkin aku terlalu meremehkan dia? Setiap kali bertemu, Sophia tampak aneh seolah membenciku."
Pada awalnya Jessica memang tidak mengkhawatirkan apapun. Namun setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri ada berbagai keanehan dalam diri sahabatnya, Jessica semakin yakin bahwa dia harus menyusun rencana secepatnya.
"Benar. Aku tidak boleh terkecoh dengan perilakunya. Sekarang Radit mungkin belum mengetahui apapun tapi tak lama lagi dia pasti mulai mencurigai diriku." gumamnya lagi.