Adrian mengepalkan tangannya dengan erat sambil melayangkan tatapan. "Apa mulut busukmu itu tidak bisa diam sejenak?!"
Kesal, itulah yang dirasakannya saat mendengar omong kosong yang terus saja keluar dari mulut Radit. Adrian tidak akan pernah rela jika wanitanya harus menerima hinaan.
Kening Radit tampak berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu. "Hah? Padahal aku berusaha untuk membantumu, Bro! Dia hanyalah wanita murahan yang harganya tak jauh lebih tinggi dari sampah–"
"Diam!" Sophia menyela dengan napasnya yang naik turun karena menahan emosi.
Radit selalu saja menghinanya dengan kalimat yang menyakitkan. Selama ini Sophia telah berusaha untuk menekan amarah yang mulai menggulung di dalam hatinya karena tidak ingin memperbesar masalah.
Setiap kali mencoba untuk memaafkan Radit, pria brengsek itu terus saja menambahkan garam diatas luka.