June mengusap sudut bibirnya yang terasa kebas. Meski pipinya berdenyut nyeri karena baru saja ditampar oleh Aisha. Namun hatinya jauh lebih sakit lagi. Perutnya juga terasa sakit, namun rasa sakit itu masih terkalahkan dengan rasa kecewa yang bertubi-tubi menimpanya.
"Hah, andai saja aku tidak membutuhkan uang. Mana mungkin aku mau bekerja pada wanita gila itu?" gumamnya lirih sambil meremas ujung jarinya sendiri.
June menghentikan langkahnya sesaat ketika melihat Max. Dia mengepalkan tangannya dengan erat dan memutuskan untuk berbalik pergi.
Namun sebelum langkahnya benar-benar menjauh, Max kembali memanggilnya agar mendekat. June terdiam sejenak, dia tak ingin bertemu dengan siapapun dalam keadaan yang buruk.
June juga tak bisa menolak keinginan anak dari majikannya. Perlahan June mulai menghembuskan napasnya agar bisa menekan perasaan marah yang sejak tadi meluap. Dia mulai mendekat ke arah Max.
"Ada apa, Tuan Max?"