Antrean pasien semakin panjang empat jam usai makan siang, membuat dokter dan perawat di klinik dua lantai itu sibuk berlalu lalang. Kebanyakan yang datang memang anak-anak, namun tak jarak para orang tua, paruh baya, remaja, hingga dewasa muda datang untuk berobat. Hadirnya fasilitas kesehatan itu dimanfaatkan sebaik mungkin oleh mereka, meskipun tim medis disana tetap memberikan batasan jenis penyakit dan perawatan apa saja yang dapat mereka terima, dengan pertimbangan fasilitas dan bidang keahlian dokter.
Lintang keluar dari ruangannya, melangkah cepat ke meja administrasi, hendak memonitor arus keluar-masuk pasien yang sepertinya semakin mengkhawatirkan hari ini.
"Ze?" Lintang mengusap sekilas pucuk kepala Zevanya yang tengah menuliskan sesuatu. "Kamu jadwal jaga sore ini?" tanyanya, mengambil alih pena dan log book, menuliskan laporan penanganan pasien sampai jam kerja terakhirnya.
"Iya, Aku jaga sampai malam. Kayaknya bakal banyak pasien datang deh, Lin. Tadi banyak pasien dari desa berbeda datang jauh-jauh kesini buat berobat."
"Oh ya? Anak-anak? Orang tua?"
"Banyaknya anak-anak. Mereka mengeluhkan efek samping vaksinasi yang mereka terima di rumah sakit keliling tiga hari lalu, rata-rata demam tinggi, sulit tidur."
"Udah ada vaksinasi sebelumnya? Vaksin apa?" Lintang beralih ke layar monitor komputer di meja administrasi.
"Campak dan polio."
"Oke …" Lintang masih fokus pada layar monitornya. Sulit diganggu kalau sudah bekerja seperti itu, bahkan oleh Zevanya sekalipun.
"Tapi beberapa ikut terdiagnosis malnutrisi juga, Lin. Jadi tadi beberapa yang dikasih suplemen dan paket gizi ideal."
Lintang mengangguk, melirik Zevanya sekilas dan tersenyum, "Nice job, gimana perasaannya setelah bertemu dengan beberapa kasus hari ini? Is it interesting for you?" tanyanya, kembali mengetikkan sesuatu diatas keyboard komputer.
Zevanya tersenyum simpul, "Highly interesting. Anak-anak selalu lucu, pantes Kamu betah lama-lama sama mereka."
"Yaa, dan setelah ini … Kita akan semakin sibuk, bagian Kamu juga gak kalah banyak dari Kami yang dokter."
"Kenapa? Soal penanganan hepatitis lagi?"
"Ya," angguk Lintang, menunjukkan layar monitor yang sedari tadi menjadi pusat kerjanya pada Zevanya, "Kamu lihat, trendnya udah muncul sejak awal project ini dimulai, tiga minggu lalu …"
Zevanya mendekatkan matanya pada layar monitor, menganalisis grafik ekstraksi data yang dibuat langsung oleh Lintang dalam beberapa menit fokusnya tadi. "I see, it getting worse."
"Ya." Lintang menaruh kedua tangannya di pinggang, "Kita harus segera rapat untuk tindakan. Where's Brian?"
"Kantor atas kayaknya."
"Alright …"
"Lintang!"
"Oh? Kenapa, Rhe?"
Rhea datang seiring jam kerjanya yang sudah selesai, menggeser Lintang dan Zevanya untuk mengisi data di monitor dan log book. Rekam data itu sengaja dibuat dua: digital dan manual sebagai backup. "Vaksin diperkirakan sampai tiga hari lagi, Amari udah di bandara, masih perlu lewat karantina dan bea cukai," lapornya.
"Baik. Gayatri udah dikasih tau belum?"
"Sudah, kok. Nanti Saya dan William akan menyusul, bersama yang lain juga yang jaga di beberapa titik." Gayatri muncul tiba-tiba, turut mengisi log book.
"Kapan mau berangkat, Tri?"
"Mungkin malam ini."
Lintang mengangguk, "Oke, ikut rapat dulu ya, banyak bagian yang harus Kamu handle setelah mengamankan supply vaksin nanti."
"Ya, baik."
"Tadi ada apa sih, Tri, ribut-ribut di depan?" tanya Zevanya.
"Ribut-ribut apa? Kok Aku gak dengar ya?" Lintang bingung, pun Rhea, bahkan mengalihkan fokus dari monitor. "Aku juga gak dengar. Keributan apa?"
Gayatri menghela nafas sejenak, "Saya curiga ada semacam gangster lokal disini, dan menargetkan anak-anak. Tadi ribut-ribut karena ada satu anak, perempuan, ditarik-tarik, dipaksa ikut naik ke atas motor, sampai anaknya nangis …" ceritanya agak menggebu. Ekspresi wajahnya itu jelas masih kesal.
"Wah, semakin gak aman aja. Terus?"
"Terus tadi kebetulan ada Saya, Dokter Tama, sama Brian di depan, Kami bantu, dan memang sempat ada adu mulut, orang itu mengelak pas Dokter Tama ngancam dia karena melakukan upaya penculikan."
"Terus dia akhirnya lolos?"
"Ya, karena Kami gak mau memperpanjang perkara. Tapi kalau sekali lagi terjadi di depan mata, harus diproses, sekaligus dicari jejaringnya kemana aja."
Lintang mengangguk, "Ya, tapi hati-hati ya, Kita belum terlalu kenal budaya disini. Jangan sampai Kamu dan yang lain malah ikutan jadi korban."
****
Lintang mengubah tampilan layar televisi 52 inchi di ruang rapat utama dari semula wallpaper biasa menjadi gambar grafik yang dibuatnya di monitor administrasi tadi sore. Rapat teknis mendadak itu segera diadakan sesuai instruksinya, mengingat trend hepatitis yang menuntut penanganan segera.
"Who's on the food, health and environmental policy team with Brian?"
Enam orang anggota tim yang dimaksud Lintang mengangkat tangan mereka.
Lintang mengangguk, kembali mencatat diatas catatan digital iPadnya yang langsung terkoneksi ke layar monitor, "Tomorrow morning, please meet the district administration for counseling activities on hepatitis prevention, procurement of distribution pipes and clean water, sanitation facility, as well as food logistics for nutrition improvement program. Please, divide your tasks, and continue to monitor until the proposals are realized …"
Brian sebagai ketua tim mengangguk, "Well noted, Lintang."
"Yes, also to Gayatri and the military team, please help with security during the outreach program and logistics distribution. We are preventing something worse than today from happening."
Gayatri mengangguk mengiyakan instruksi Lintang.
"Alright, now moving forward. In three days we will receive a supply of immunoglobulin vaccine from the UK for the next two batches. Please prepare a list of vaccine participants every day so that there are no crowds or long queues in front of clinics and emergency rooms."
"To the doctors who had treated hepatitis-positive patients, please make home visits every week to check the patient's condition and sanitation in their homes."
"Tomorrow, I will also go to the central hospital to take the results of the collective blood tests belonging to several patients. So far, is there anything you want to ask?"
Resi, dokter bedah asal Filipina mengangkat tangannya, "Lintang, may I ask?"
"Yes, please, Resi."
"Is it possible if we improve the test lab facilities here? Going to the central hospital is too time-consuming."
Pertanyaan yang tampaknya mewakili seluruh peserta rapat. Lintang mengangguk kemudian, "Yes, I'm also communicating this issue to the leadership body in the USA. So far, our facilities are sufficient, but for the treatment of hepatitis, because it was not unexpected before, it was still lacking."
"Oh, okay." Resi membentuk huruf 'O' dengan jarinya, membuat Lintang balas membercandai, berekspresi dibuat-buat layaknya berbicara dengan anak kecil, "Okay, Resi …"
Gelak tawa kecil kemudian memecah atmosfer serius di ruangan.
"Alright everyone, if there is nothing else to discuss, I will close this meeting. Please return to your respective places, and thank you for your time."