Gayatri lagi-lagi harus merasakan ngilu dan perih di lehernya. Kali ini bahkan lebih parah, karena luka pisau dari pria misterius yang menyanderanya di terminal itu menyayat tipis leher kanannya, menyambung pinggiran luka bekas tembakan yang belum mengering sedikit pun. Lintang pun menangani lukanya hati-hati, ia bahkan sepertinya tak bernafas begitu Gayatri meringis.
"Sabar, ya. Pegang baju saya aja kalau kamu sakit, teriak juga gak apa-apa," ujar Lintang selagi membubuhkan iodine ke atas luka. Pergerakannya itu sudah halus karena ia terbiasa menangani anak-anak, namun tetap saja Gayatri tidak bisa diam.
Lintang lantas menyandarkan gadis itu ke punggung sofa, sementara dirinya berlutut di lantai mensejajarkan tinggi. "Besok kita ke rumah sakit, ya? Kamu itu baiknya gak usah banyak gerak."
"Gak mau."
"Kenapa lagi gak mau?"
"Baru dateng, masa harus ke rumah sakit?"