Lintang memeriksa kondisi vital pasien tembak anak laki-laki yang akhirnya sadarkan diri setelah dirawat inap hampir satu minggu. Kondisinya sudah lebih membaik, dari sebelumnya, hanya saja belum banyak berbicara, hanya merespon Lintang seadanya.
"Permisi, ya. Saya harus ganti perbannya dulu," ujar Lintang, membuka kancing pakaian anak itu, mengganti perban yang membalut luka di dadanya. Anak itu hanya menurut, sesekali meringis ngilu ketika ia terpaksa harus bergerak.
"Mama..."
Anak itu berujar lirih, menoleh pada ibunya yang masih terbaring di brankar sebelahnya. Lintang ikut menoleh, tersenyum simpul. "Mama kamu masih tidur, tadi pagi udah sempat bangun dan nanyain kamu," ujarnya menenangkan.
"Ah..."
"Oh, maaf. Sakit sekali, ya?" Lintang lebih berhati-hati membuka perban anak itu. Terbayang di benak Lintang betapa luka itu menyebabkan ngilu di sekujur tubuhnya meski hanya satu tempat yang terkena tembakan.