"Dokter Lintang! Dokter Tama!"
"Empat pasien luka tembak datang!"
Ini masih pagi, namun suasana sudah terasa sibuk dan mencekam di base camp militer. Dua unit mobil TNI datang, sirinenya masih berbunyi meski empat orang pasien satu per satu diperiksa kondisinya singkat oleh Lintang dan Ana, lalu ditandu menuju klinik tenda, menemui Tama dan Rhea yang selalu siap di ruang IGD dan bedah sementara.
Baku tembak memang sudah terdengar sejak jam empat pagi, mungkin karena itu tak heran jika korban kembali berjatuhan dua sampai tiga jam setelahnya.
"Mereka adalah satu keluarga, Dokter," ujar Irsyad, tentara yang membawa empat orang pasien itu. Ia tampak sangat panik, khawatir empat orang itu tak selamat karena terlambat dalam perjalanan.
"Satu keluarga? Tapi yang ini masih anak-anak, Letnan," ujar Lintang, sekali lagi memastikan bahwa pasien terakhir yang tengah mereka tandu adalah benar anak berusia sepuluh tahunan, dan karena itu juga ia menanganinya.