"Wah makin hari kau makin pandai bersilat lidah rupanya," sindir Kakek Hamish pada David.
David yang mendengar sindiran itu buru-buru menatap sang kakek dengan jutaan tanda tanya besar di kepalanya.
"Kenapa Kakek berpikir demikian padaku? Apakah aku salah jika mengatakan hal itu pada Kakek? Aku hanya menyampaikan harapan dan apa yang kurasakan di dalam hatiku. Aku juga ingin kau perhatikan, Kek. Kenapa segala hal selalu saja Christian yang didahulukan? Apakah aku tak pernah terlihat di matamu?" kata David mengutarakan segala rasa yang bersumber dari dalam hatinya. Jujur saja ia merasa kecewa.
Kakek Hamish hanya diam. Terpaku akan satu hal yang hanya dirinya saja yang tahu. Ia memalingkan pandangannya.