Roland tertawa kasar. Ia benar-benar sudah gila. Pikirannya sudah tak sinkron. Dalam posisi terdesak seperti itu, ia malah menyunggingkan tawanya tanpa rasa takut. Tanpa rasa malu di dalam dirinya.
Kedua tangan Roland dicengkeram di kedua sisi. Cengkeraman Dev dan Raymond benar-benar menyakitkan. Tapi ia tak mempermasalahkannya. Ia melihat Alessia dengan senyum manis seolah tak ada dua pria yang saat ini mencengkeram kedua tangannya.
Alessia teringat di sebuah laci nakas, tempat di mana Roland meletakkan kunci borgolnya.
"Aku ingat, kunci borgol itu ada di laci nakas di samping tempat tidur. Aku ingat betul Roland meletakkannya di sana. Tolong siapa pun, ambilkan kunci itu di sana," ucap Alessia yang kini teringat di mana terakhir kali Roland meletakkan benda kecil tersebut.