Dalam pelariannya, Alessia terus meneteskan air mata. Semua kilas balik di masa lalu mengingatkan dirinya akan semua memori lama antara sang suami dengan Isabella Crews.
Dulu, ia seringkali melihat adegan seperti ini di depan matanya. Tepat di saat ia hanya bisa memendam rasa kagum pada sang tuan muda. Tapi kini semua sudah berbeda. Christian adalah suaminya. Pria miliknya. Bolehkan jika ia berpendapat demikian? Toh nyatanya, hal itu memang benar adanya.
Alessia mengedarkan pandangannya ke segala arah. Ia merasa kebingungan. Haruskah ia kembali ke kamar inap yang ia huni hari ini atau lebih baik ia bersembunyi di sebuah tempat?
Alessia begitu bingung. Ia merasa aneh dengan koridor ini. Sepertinya ia belum melewati jalanan ini semenjak ia datang kemari setiap hari.
Suasana terasa sepi.