Margin merasakan kedua matanya seolah-olah hendak copot dari tempatnya tepat di saat Alessia menawarkan tumpangan padanya.
Margin mendadak kebingungan. Ia tak tahu harus berbuat apa. Seandainya ia ingin menolak, lalu apa yang harus ia katakan sebagai alasan pada Alessia?
Tadinya ia sudah menolak dengan alasan ingin ke toko buku, tapi saat ini gerak-gerik tubuhnya seolah berkhianat kepadanya.
Aish sialan!
Hal ini begitu jelas di tangkapan kedua mata perak Alessia.
Alessia menyorotkan tatapan ingin tahu yang begitu besar. Margin tak bisa lagi menolak. Alessia begitu menakutkan di saat-saat seperti ini.
Apakah semua ini karena pengaruh kehamilan sang sahabat? Astaga! Margin nyaris menepuk keningnya. Bagaimana bisa ia menyalahkan calon keponakannya?
Margin mendadak merasa konyol. Ia pun kehilangan kata-kata dan tak bisa berkutik lagi.
"Baiklah, aku akan ikut denganmu," kata Margin pada akhirnya.