Christian memiringkan salah satu sudut bibirnya ke atas. Ia belum menjawab. Ia masih meredam amarah di dadanya. Ia sampai tak habis pikir dengan apa yang telah diucapkan Isabella kepadanya.
Satu tanya yang tiba-tiba melesak di dalam pikirannya saat ini adalah, sadarkah wanita itu jika ia telah menghujamkan belati ke dalam hatinya? Pengkhianatan itu tak tanggung-tanggung telah meremukkan hatinya sampai ia nyaris gila. Pengkhianatan yang telah wanita itu lakukan tak semudah itu untuk ia maafkan.
Besarnya segala rasa sakit yang menempa hidupnya sepeninggal kepergian Isabella masih tertanam jelas dalam ingatan.
Mungkinkah wanita itu mengalami amnesia selama hidup beberapa bulan di Paris? Atau malah wanita ini… gila? Tak punya hati? Tak memiliki otak untuk berpikir?
Astaga.
"Enyahlah kau dari diriku, Isabella. Aku sudah memiliki seorang istri. Dan aku sudah terlanjur kecewa padamu. Kau sudah menyakitiku sedalam itu. Dan sekarang kau dengan mudahnya mengatakan itu padaku?