Sepulang dari kampus, Alessia tampak termenung. Perempuan cantik itu memasuki kamarnya dengan lesu. Seolah tenaga yang ia miliki hilang tak berbekas.
Alessia mengempaskan tubuhnya secara asal di ranjang empuk berukuran besar setelah menjatuhkankan tasnya lebih dulu.
Perempuan itu berbaring terlentang. Ia menyelipkan wajahnya ke dalam kedua tangan yang terlipat di atas ranjang.
Tangisnya pecah meski tanpa suara. Air mata dengan lancang membasahi kedua pipinya tanpa ampun. Entah kenapa ia bisa secengeng ini.
Alessia ingat bahwa dirinya memiliki seorang ayah tapi ia tak bisa leluasa menceritakan apa yang mengganjal di hatinya pada sang ayah. Ia tak mau membebani sang ayah dengan drama konyol di dalam hidupnya saat ini.