"... Zia dan Harshad sudah sangat lama bertemu. Kami juga menjadi teman baik di sekolah. Tetapi, sepertinya Harus memiliki tambatan hati. Hal itu sudah Zia rasakan sejak kami duduk di bangku sekolah akhir." tatapan kedua mata Shazia masih terfokus kepada Harshad. "Bagaimana jika Om dan Tante tanyakan saja kepada Harshad. Dia bersedia atau tidak menerima perjodohan ini." Shazia memang sengaja ingin menjebak Harshad di dalam perbincangan itu.
Kedua mata Harshad langsung menyipit setelah mendengar ucapan Shazia. "Oh, ternyata dia ingin membalaskan rasa sakit hatinya kepadaku? Zia, aku tidak menyangka kamu bisa melakukan hal ini kepadaku!" pikir Harshad. "Aku sama sekali tidak keberatan dengan perjodohan ini, kok. Aku menyetujuinya. Wanita yang Zia maksud itu adalah dirinya. Ia aku memang mempunyai perasaan kepada seorang wanita. Ia inilah wanita itu. Dia sedang duduk tepat di hadapanku."