"Bryan! Ayo ikuti aku sekarang!" titah Shazia setelah kedua orang tuanya pergi.
"Ada apa, Adik? Tempat ini sangat kotor dan berdebu. Kenapa kamu mengajakku ke tempat ini?" tanya Bryan setelah Shazia menariknya ke dalam sebuah ruangan tua yang dipenuhi oleh debu.
"Kamu tidak melihat tatapan kedua mata papa? Tatapannya sangat tajam melihat ke arahmu." Shazia tampak sesekali memantau kondisi di luar ruangan itu.
"Papa sudah tahu tentang masalah ini, Adik. Di hari pertunangan kamu. Disitulah aku mendapatkan sebuah tamparan keras di pipiku ini untuk yang kesekian kalinya. Aku sudah pasrah, seperti yang aku katakan. Jika semua fasilitas ku di tarik. Aku juga tidak akan menangis. Dan sepertinya mama yang sudah mengatakan semuanya kepada papa." Bryan juga sedikit memantau area sekitarnya.
"Bisa jadi, Kak. Tapi, ya sudahlah. Semuanya aman, 'kan? Pipi kamu bagaimana masih terasa sakit?" tanya Shazia karena merasa sangat khawatir.