Chereads / Unrequited Love (Kasih Tak Sampai) / Chapter 6 - Kelicikan Shazia

Chapter 6 - Kelicikan Shazia

"Kamu akan selalu merasakan itu! Jadi, menyerahlah! Aku tidak akan membiarkanmu selalu dekat dengan Harshad," batin Shazia yang terus menggerutu setelah melihat Freya.

Freya hanya sibuk menekan-nekan kakinya yang masih mengeluarkan darah. Ia pun kembali mengingat kejadian ketika ia mau mengganti baju. Memang tidak ada siapapun di dalam ruangan ganti selain dirinya. Hal tersebut semakin membuat Freya merasa penasaran. Ia pun kembali mengingat kejadian itu sampai berkali-kali. Tetapi, memang tidak ada siapapun di dalam ruangan ganti. Tanpa Freya sadari, Shazia sudah terlebih dahulu meletakkan paku payung ke dalam sepatu Freya. 

Shazia melakukan itu ketika semua siswa yang ada di dalam kelas pergi ke ruangan ganti. Hanya ada mereka bertiga di dalam kelas. Pada saat Freya dan Harshad asyik bercengkrama. Shazia langsung memasukkan paku payung ke dalam sepatu olahraga Freya. Setelah melakukan itu, Shazia langsung pergi ke ruangan ganti. Hal itu ia lakukan agar tidak terkena imbas. Semua rencana yang akan ia lakukan sudah diatur sedemikian rupa. Shazia memang sudah sangat ahli melakukan itu. Karena ini bukan yang pertama kalinya ia berniat jahat kepada Freya.

"Huft! Lelah sekali," ujar Shazia ketika sudah selesai berlari.

Harshad langsung memberikan minumannya kepada Shazia. Shazia dengan senyuman manis langsung menerima tawaran Harshad. Kedua mata Shazia pun langsung tertuju kepada Freya yang masih duduk di seberang lapangan. Shazia langsung memiringkan senyumannya ketika melihat Freya di sana.

"Hm, Shad. Kamu tidak memberikan minuman ini kepada, Freya?" tanya Shazia hanya untuk sekedar basi-basi.

"Tidak! Dia juga sudah membawa minuman, 'kan? Kamu saja yang selalu tidak membawa minuman ketika berolahraga." Harshad kembali mengambil botol air mineralnya.

"Kamu menyukai Freya, ya?" tanya Shazia spontan.

Harshad langsung menolehkan pandangan wajahnya kepada Shazia. Shazia juga melakukan hal yang sama. Shazia langsung tersenyum kepada Harshad. Tetapi, Harshad hanya mengernyitkan dahinya.

"Kalau kamu suka dengan Freya. Katakan saja, Shad. Wanita itu tidak suka menunggu," jelas Shazia meskipun hatinya terasa tercabik-cabik.

"Kamu kenapa mengatakan ini kepada diriku? Kamu merasa cemburu, 'kan?" ledek Harshad.

"Hahaha, cemburu? Heh, kalau aku cemburu dengan kedekatan kalian berdua. Aku tidak akan mengatakan ini, Shad. Kamu bodoh sekali! Hahaha, tapi jika aku lihat dan amati kembali. Kalian itu seperti sepasang kekasih," ucap Shazia dengan wajah yang masih terlihat tenang dan bahagia.

"Benarkah?" tanya Harshad dengan gaya cueknya yang khas.

"Iya, Shad. Tapi, kalau dilihat-lihat lagi. Aku ini seperti musuhmu, ya. Kita selalu bertengkar, adu argumen dan yang paling sering kita lakukan itu saling meledek satu sama lain," ucap Shazia sekaligus membuat Harshad menolehkan pandanganya kepada Shazia.

"Heh! Kamu sakit? Kenapa mengatakan hal yang membuatku kesal?" tanya Harshad dengan punggung tangan yang sudah membentang di dahi Shazia. "Tidak, panas juga." Harshad sengaja melakukan itu untuk membuat Shazia tertawa.

"Hahaha, aku tidak sakit. Tapi, benar yang aku katakan tadi, 'kan? Aku merasa jauh denganmu. Terkadang aku merasa kalau kamu sangat membenciku. Karena kamu selalu saja memarahi, memukul, meledek dan menertawai ku." Shazia langsung mengalihkan pandangannya kepada Freya.

"Kamu itu sahabat terbaikku! Bagaimana bisa aku membencimu? Hah? Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu, Zia?" Harshad langsung mencubit pipi Shazia.

Hal tersebut pun terlihat oleh Freya. Perasaan cemburu sudah pasti Freya rasakan. Tetapi, ia tetap tersenyum melihat keakraban Shazia dengan Harshad. Sebenarnya, Freya juga tidak tega untuk membohongi Shazia. Freya dan Harshad sudah berpacaran selama dua tahun belakangan ini. Mereka sepakat untuk menyembunyikan hal tersebut dari Shazia. Mereka melakukan kebohongan itu demi menjaga perasaan Shazia.

"Heh, ayo bangkit! Kamu mau duduk di sini saja?" tanya Shazia ketika semua siswa sudah balik ke dalam kelas.

Harshad langsung berdiri dan menghampiri Freya yang duduk di seberang lapangan. Shazia hanya memiringkan senyumannya ketika melihat Harshad mendekati Freya. Namun, Shazia terpaksa harus tersenyum agar terlihat baik di depan kedua sahabatnya itu.. Harshad pun membantu Freya untuk berjalan sampai ke kelas.

"Manja sekali! Kamu itu hanya terluka di bagian kaki! Lukanya juga sangat minim! Kamu pasti bisa berjalan sendiri. Tapi, berlagak seolah kakimu itu tidak bisa digunakan untuk berjalan. Kamu pandai bersandiwara juga, ya!" gerutu Shazia di dalam hatinya setelah melihat Freya.

Setelah sampai di dalam kelas. Shazia langsung berinisiatif untuk membelikan obat oles untuk kaki Freya. Setelah membelinya di koperasi sekolah, Shazia langsung memberikan obat tersebut kepada Freya. Awalnya Freya menolak pemberian Shazia. Tetapi, Harshad langsung mengambil obat tersebut. Ia juga langsung memasangkan obat oles ke kaki Freya. Shazia spontan berbalik untuk menyembunyikan wajah kesalnya. Untuk meredakan kekesalannya, Ia sontak berpura-pura berjalan menuju kursi belajarnya.

"Huft, sabar Shazia. Jangan terpancing emosi! Huft," pikir Shazia seraya mengatur nafasnya yang mulai terasa sesak.

Harshad langsung mendekati Shazia dan memeluknya dari belakang. "Terima kasih, Shazia," ucap Harshad seraya memberikan obat oles kepada Shazia.

"Heh! Lepaskan! Kamu memelukku di depan semua siswa! Kamu ingin membuatku terlihat seperti wanita murahan, ya?" celetuk Shazia dengan wajah yang sudah semerah tomat.

Harshad spontan tertawa ketika mendengar perkataan Shazia. Shazia seketika membalikkan posisi duduknya. Sehingga saat ini, mereka sedang bertatapan wajah. Freya yang melihat hal tersebut pun sedikit cemburu. Tetapi, ia juga mengingat bahwa Shazia itu sahabatnya Harshad.

"Kamu masih mau berdiri di belakangku seperti ini?" tanya Shazia dengan kedua tangan yang sudah menyilang di depan dadanya.

"Terima kasih Shazia," ucapan Harshad sekali lagi.

Kedua mata Shazia langsung melirik ke arah Freya. Freya spontan mengalihkan pandangannya. Harshad juga spontan melihat ke arah pandangan Shazia. Ia langsung menjauhi Shazia dan mendekati Freya. Kedua mata Shazia langsung berubah setelah melihat Sharshad pergi mendekati Freya.

"Freya! Kamu itu kenapa selalu saja merusak moment kebersamaanku dengan Harshad!" gerutu Shazia di dalam hatinya. Dengan kedua mata yang masih menatap sinis ke arah Freya.

Hari tampak sangat terik, Shazia masih merebahkan tubuhnya di bawah pohon cinta. Benar sekali, pohon cinta. Mereka menyebut pohon mahoni itu sebagai pohon cinta. Karena setiap kali dua orang berlawanan jenis yang duduk disana itu menjadi sepasang kekasih. Bukan hanya itu, pohon itu kerap dijadikan para sepasang kekasih untuk memadu kasih. Tempatnya yang strategis dan jauh dari keramaian.

Membuat tempat tersebut menjadi tempat favorit muda-mudi untuk sekedar melepaskan dahaga mereka dalam bermadu kasih.

Kedua mata Shazia masih tertutup seraya menikmati udara yang melintas di atas kepalanya. Terdengar seperti suara hentakkan kaki. Bukan dari arah depan tetapi dari arah belakang nya. Meskipun ia mendengar suara tersebut. Namun, Shazia masih tetap pada posisi tidurnya. Ia tak menghiraukan siapa yang sedang berjalan di belakangnya.

"Zia!" teriak Harshad tepat di telinga Shazia

.