Rafael tampak sangat khawatir. Ia juga mulai menghembus jari Rose yang sudah terluka.
"Sungguh, aku merasa sangat takut dengan hal ini, Bu," ucap pria kecil itu sekali lagi.
Rose dengan lembut pun kembali mengelus pucuk kepala sang buah hati. "Nak, Ibu baik-baik saja. Hm, kamu kembalilah bermain di dalam rumah. Ibu akan memasak makan untuk kita santai nanti malam. Kamu mau makan apa hari ini?"
Rafael masih terus menatap jemari Rose yang masih mengeluarkan darah, meskipun sudah di perban. "Aku ingin menyantap makanan apapun yang telah Ibu berikan untukku. Semua masakan yang Ibu buat selalu enak. Aku sangat menyukainya," ucapnya seraya kembali menatap durja Rose.
Sudut setiap bibir tipis Rose langsung memanjang. "Baiklah, kalau begitu Ibu akan kembali memasak. Kamu bermainlah lagi, ya."
Rafael mengangguk setelah mendengar ucapan Rose. Ia juga segera berlalu dari sana. Saat memastikan sang anak sudah menjauh. Rose kambaki merasa kesulitan yang tertuju kepada jari telunjuknya.