"Adik, jangan bicara seperti itu. Aku sangat tidak menyukainya, Adik. Dengarkan aku, Adik. Aku juga tidak pernah merasa terbebani."
Shazia sedikit membuang pandangannya. "Tapi, Bryan. Kenyataannya adalah aku bukan adikmu! Aku anak yang dipungut oleh papa dan mama. Kenapa bisa seperti itu? Dimana ibu kandungku, Kak? Hah? Apakah kamu tahu? Apakah kamu tahu asal ku dari mana? Katakan Kak!" Shazia terus menggoyangi tubuh Bryan tanpa henti.
"Masalah itu aku tidak mengerti Adik. Kenapa kamu harus menanyakan itu kepadaku?" Bryan berusaha melepaskan cengkraman Shazia.
"Karena itu sangat penting untuk hidupku, Kak! Aku harus mengetahui dari mana aku berasal! Aku tidak mau terus hidup di dalam sebuah kebohongan! Aku ingin menjadi nyata! Hidup nyata! Hiks, kamu juga bahkan tidak menyadari bahwa aku sangat tertekan dengan semua ini!" Shazia sontak terjatuh pada hamparan pasir.