Bryan tidak berkutik, kedua matanya masih menatap wanita yang ada di sampingnya. Begitu juga Shazia, ia masih menatap wajah Bryan dengan lekat.
"Hm, Adik. Tidurlah, aku akan menyiapkan air hangat untuk merendam kaki ku," ucap Bryan berusaha menghindari Shazia.
"Oh, baiklah. Aku akan segera tidur, Kak." Shazia langsung melepaskan pelukannya.
Bryan dengan senyuman canggung langsung pergi. Ia langsung memukul kepalanya setelah sampai di dalam dapur. Sebenarnya ia tidak berniat seperti itu. Hanya saja, ia bingung harus menghindari adiknya dengan cara yang seperti apa.
Sedangkan, Shazia masih menatap pintu kamar yang sedikit terbuka. Ia langsung tersenyum sekilas dan mulai membereskan tempat tidurnya yang sudah berantakan. Sepuluh menit kemudian, Bryan kembali masuk ke dalam kamar. Kedua matanya masih terfokus kepada wanita yang sudah tertidur di sudut ranjang.