"Kenapa harus mengaturku kalau dia juga tidak bisa di atur?! Lelaki itu lama-lama tidak bisa diberikan sebuah kelembutan, ya!" Shazia langsung membantingkan tas genggamnya.
Tanganya yang sudah di perban pun kembali berdarah. Ia secepat mungkin mengambil kotak kesehatan untuk membersihkan lukanya. Ia juga merasa sangat menyesal karena sudah terlalu bodoh melakukan sesuatu hal dapat merugikan dirinya sendiri.
"Bodohnya aku melakukan ini demi lelaki itu. Untuk saja aku tidak menyayatnya tepat di nadiku kalau tidak, aku mati pun dia tidak akan peduli dengan itu," herutu Shazia sembari membersihkan lukanya.