"Bryan, aku tidak tahu kenapa bisa menjadi seperti ini. Pikiranku sangat kacau tetapi aku sangat menikmati permainan tadi." Shazia kembali menatap lelaki yang kini masih sibuk memainkan puncak tertinggi miliknya.
"Nikmati saja, aku akan selalu memberikan pelayan itu kepadamu, Adik." Bryan kembali memasukkan puncak berwarna merah muda itu ke dalam mulutnya.
Entah sampai berapa lama lagi mereka bermain. Tetapi, Shazia memang sangat menikmati permainan yang sudah dilakukan oleh Bryan. Ia bahkan tidak pernah mendapatkan pelayanan baik itu dari suaminya. Tak terasa hari semakin gelap, mereka berdua pun masih belum menyelesaikan permainan. Hingga, tiba-tiba mereka berdua mendengar suara pintu yang terbuka. Shazia sontak berdiri dan mengunci pintu kamar.
"Bryan! Lekas pakai semua pakaianmu. Ada yang datang," gerutu Shazia dengan suara yang sedikit di pelankan.
"Si–siapa yang datang?" tanya Bryan dengan polosnya.