Alda menggerutu di sepanjang koridor kampus. Alda di hukum oleh guru seninya karena tidak masuk kelas dan ketahuan bersembunyi di ruang diskusi mahasiswa. Alda memungut sampah disekitaran fakultas seni rupa, dengan memasang wajah ditekuk karena kesal.
"Awas aja lo, oplas. Gue bakal kerjain balik lo, udah berani-beraninya nipu gue lagi," cerocos Alda sambil memasukkan sampah ke tongnya.
Pakaian serba hitam, melekat di tubuh gadis ini. Membuat dia tampak lebih tinggi dan kurus. Rambut yang dikuncir kuda menambah lengkap penampilan Alda. Gadis ini tak tanggung-tanggung untuk memakai semua pakaiannya. Terlebih lagi baju kaos dan sweater yang paling Alda suka.
Setelah dua jam menghabiskan waktu hukumannya, Alda duduk di depan gedung matematika. Menunggu Gio yang sedang masuk kelas. Gio berada di lantai lima gedung matematika, dengan kelasnya yang berada lima tingkat dari bawa. Alda mengibas-ibaskan dirinya dengan tangan, karena kepanasan dan lelah menjalani hukuman.
Alda memicingkan mata ke semua mahasiswa yang baru saja keluar dari gedung matematika. Alda mencari keberadaan Gio dimana. Dan tepat sekali saat Alda melihat ke arah tangga, empat cowok sedang berjalan bersama sambil tertawa.
Mereka mempunyai julukan sebagai F4 di kampus karena selalu bersama. F4 artinya empat orang cowok yang berbakat di kampus tersebut. Selalu bersama dan menjadi mahasiswa berjabat tinggi. Mengurus semua organisasi.
Alda berlari dan menghadang jalan F4 sambil merentangkan tangannya lebar, membuat keempat cowok ini terhenti mendadak karena terkejut. Bola mata keempat cowok itu menatap Alda bingung, tetapi berbeda dengan Gio yang memasang wajah datar tanpa rasa bersalah.
"Lo?" tunjuk Alda ke arah Gio, membuat Rama, Gavino, dan Eros memutar kepala ke arah samping kanan mereka. Menatap Gio yang sedang berdiri sambil memasukkan kedua tangan di saku.
"Apa?" ucap Gio sedikit menghentak.
"Lo ngerjain gue ya? Kenapa lo nyuruh gue nunggu lo di ruang diskusi, terus lo enggak muncul-muncul juga? Gue sampe dihukum gara-gara lo," tanya Alda menatap Gio tajam dan beralih menatap ketiga sahabat Gio yang sedang menertawakan dia.
"Lo dihukum?" terpa Gio sambil tertawa kecil.
"Kenapa kalian malah ketawain, Alda sih,"
"Alda, lo harus tau sikap Gio yang Sebenarnya. Kenapa kalian selalu bertengkar hal kecil coba. Gue baru sadar kalau Gio udah banyak berubah, pertahankan terus senyum lo itu Gio," tutur Rama sambil menepuk bahu Gio. Gio mencoba memahami apa yang barusan Rama katakan.
"Menurut gue, lo berdua itu cocok," ucap Rama santai sambil berpikir keras, membuat Alda memicingkan mata.
"Kak, Alda itu sukanya sama Kak Rama. Kenapa malah samain Alda sama si norak ini, sih," gerutu Alda dalam hati, sambil bibirnya maju ke depan.
"Kalau begitu, kita duluan. Kalian selesain aja pertengkarannya,"
Rama, Gavino, dan Eros berjalan pergi meninggalkan mereka. Hanya tinggal Gio yang sedang memicingkan matanya ke arah Alda.
"Apa lo, natap gue?" terka Gio ke arah Alda yang berdiri sambil melipat kedua tangan di pinggang.
"Kegeeran. Lo ngeselin banget tau, gak. Ngerjain gue terus,"
"Gue enggak ngerjain lo, lonya aja yang begok,"
Gio pun meninggalkan Alda yang sedang menggerutu di sana. Membuat Gio tertawa kecil dalam hati. Gio menyusul ketiga sahabatnya yang sedang berada di kantin, saat keempat cowok itu sudah berkumpul membuat mahasiswi berteriak histeris ke arah mereka.
"F4 kumpul, guys!" teriak mahasiswi berambut panjang yang sedang berdiri di depan kursi mereka. Membuat sebagian mahasiswi mendekat ke arah mereka berempat.
Mereka yang sering mendengar sebutan seperti itu hanya melempar senyum kepada mahasiswi yang sedang mengurumuni mereka. Persahabatan keempat senior ini sering kali membawa dampak positif dikalangan kampus, terlebih lagi mereka berempat mahasiswa terbaik tahun ini. Mereka sering kali dipanggil dengan sebutan F4. Rama yang memberikan sebutan bagi kelompok mereka, entah dari mana nama ini muncul. Tapi, kata Rama itu sebutan yang keren.
Alda yang melihat itu malah memasang wajah sewot ke arah F4. Dia duduk di bangku kantin sendiri sambil menopang tangan. Alda harus menyelesaikan pekerjaan menjadi asisten Gio selama sebulan, jadi sekarang dia tidak bisa jauh dari Gio.
"Gio, lo sekarang udah ngurusin kaffe Papa lo?" tanya Rama sambil menyeruput cappucinonya. Orang yang ditanya malah menatap ke arah lain, Gio melihat Alda sedang duduk menatap dirinya. Dengan cepat, Alda membuang muka karena ketahuan. Gio tertawa kecil menatap Alda.
"Lo kayak enggak tau Gio aja. Jangan memulai pembicaraan sama dia kalau lo enggak nimpuk kepala dia dulu," cela Eros menyenggol tangan Rama.
Mereka berempat duduk di bangku saling berhadapan. Rama hanya menatap datar dan memperhatikan Gio yang sedang menatap ke arah Alda.
Gavino pun tanpa tanggung-tanggung, langsung menimpuk kepala Gio dengan tangannya. Membuat cowok ini meringis kesakitan sambil mengelus-elus kepalanya. Dan langsung menatap tajam ke arah Gavino.
"Kita itu ngomong sama lo, jangan malah ngelirik ke arah Alda. Apa jangan-jangan lo suka lagi sama dia," tukas Gavino.
"Apaan sih, siapa yang suka sama cewek norak kayak dia. Bukan tipe gue," jawab Gio menatap ketiga sahabatnya.
"Baguslah, lo ternyata punya pilihan sendiri. Btw, gue mau tau gimana tipe cewek lo. Kan, semua mahasiswa lagi ngantri tuh buat jadi pasangan lo. Selama tiga tahun ini, gue belum pernah lo lirik cewek," tanya Rama menyunggingkan senyumnya. Gio menatap tak suka atas pertanyaan Rama.
"Enggak ada yang perlu lo tau,"
"Alda! Sini deh," teriak Eros memanggil Alda. Gadis ini sedikit bingung, dan langsung berjalan ke arah mereka berempat. "Duduk,"
Alda mengangguk, dan duduk di samping Eros. Gio yang berada di sisi kanannya menatap datar ke arah Alda.
"Apa?" terka Gio ke arah Alda.
"Kenapa dah," jawab Alda sewot dan membuang muka.
"Alda tipe cewek lo?" tanya Rama lagi, membuat gadis ini membulatkan matanya.
"Hah? Kak Rama jangan aneh-aneh deh, si oplas bukan tipe Alda. Apalagi dia itu songong banget. Jadi, jangan tanya pertanyaan itu lagi Kak,"
"Sebelum lo ngomong kayak begitu, gue juga enggak bakal sudi punya cewek kayak lo," cela Gio melotot ke arah Alda.
"Lo itu -"
"Udah-udah, kenapa malah ribut coba," ucap Gavino menjadi penengah di antara mereka.
"Dia yang mulai,"
"Lo juga yang sewot," timpal Gio. Mereka berdua pun membuang muka secara bersamaan.
"Oke, gue enggak bakal nanyak itu lagi," tutur Rama.
"Lo kayak enggak tau Gio aja, Ram. Gio belum melupakan gadis masa lalunya, makanya dia enggak pernah buka hati lagi setelah gadis itu," ungkap Gavino tertawa kecil ke arah mereka. Gio yang sedang memahami kata-kata yang keluar dari mulut Gavino, mencoba untuk tetap tenang.
"Jadi, Gio punya pacar?" tanya Eros kepo.
"Ada, namanya Au -"
"Gue cabut duluan," ucap Gio cepat, memotong pembicaraan Gavino. Cowok itu telah pergi sebelum mereka menghentikannya. Alda yang mendengar ungkapan Gavino, ikut berpikir keras. Dan Akhirnya, Alda berpamitan kepada mereka.
Alda mengejar Gio yang sedang berjalan ke arah parkir. Saat Gio hendak membuka pintu mobil, Alda dengan cepat mencekal tangan Gio. Sambil mengatur napas, Gio hanya diam menatap Alda tanpa ekspresi.
"Dasar watar!" timpal Alda sambil menopang kedua tangan di pinggang.
"Watar apaan?" tanya Gio mengeraskan suaranya.
"Wajah datar," jawab Alda pelan.
"Lo punya banyak nama panggilan ya, ke gue. Pertama cowok aneh, oplas, wadin, sekarang watar,"
"Ya emang, sebutan itu cocok buat lo. Yang aneh kayak Mama Alda yang tiba-tiba marah. Yang dingin kayak kutub es, bisanya cuma diam aja enggak gerak-gerak. Enggak pernah senyum. Oplas, kayak muka lo yang KW. Yang datar kayak tembok. Enggak bisa apa lo tampilin sedikit ekspresi di setiap suasana?"
"Bukan urusan lo!"
"Gue cuma bilang dan nasehatin lo, biar lo tambah jadi populer di sini kalau mereka lihat senyum lo. Coba senyum ke arah Alda,"
"Kenapa lo malah nyuruh-nyuruh gue, lo kan asisten gue!"
"Yaelah, Alda salah lagi," beo Alda menatap kesal ke arah Gio yang tidak bisa di ajak berteman.
"Nanti malam, lo ikut gue ke party F4," ucap Gio sambil masuk ke mobil. Alda melongo pelan, sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.
"Kok, Alda ikut?"
"Lo harus jadi asisten gue di sana!" jawab Gio yang belum menutup pintu mobilnya.
"Tapi, gimana sama sahabat lo. Apa mereka setuju Alda ikut?"
"Kenapa enggak?"
"Jadi, beneran Alda boleh ikut,"
"Hmm,"
"Beneran?" tanya Alda lagi yang sudah tersenyum sumringah.
"Terserah!" Gio pun menutup pintu mobil dan melajukan mobilnya.
"Kyaa! Alda ikut party sama F4!" teriak Alda histeris, karena senang bisa bertemu dengan pujaan hatinya, Rama.
Gio yang melihat dari kaca dalam mobil hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkat gadis itu.
"Dasar, segitu senangnya kah dia?" beo Gio.
"Yeey! Alda bisa ketemu Kak Rama," ucap Alda lagi sambil berbunga-bunga, membuat mahasiswa yang lewat menghentikan langkahnya.
"Alda, tadi lo bilang apa?" tanya salah satu mahasiswa.
"Alda bakal ikut party sama F4."
"Beneran?" tanya mahasiswi itu terkejut. Kenapa malah Alda yang bisa diizinin gabung bersama mereka.
"Kita ketemu sama F4 yuk. Gue juga mau ikut gabung,"
Mereka semua berlarian ke dalam gedung kampus. Alda tersenyum puas hari ini karena terlalu senang.
SUKSES!