Setelah melihat lingkaran tak beraturan yang menghiasi kening laki-laki-tampan-itu, Rosie merasa bersalah. Sejenak dia menghela nafas, dan kembali menatap laki-laki itu disampingnya yang mendapat balasan sama, tatapan penuh kepolosan dan ketampanan, eh.
Tak ingin berlarut mengangumi karena takut lupa diri, segera dia pun mengompres lebam itu dengan hati-hati. Karena tindakan tersebut lebih baik daripada saling berpandangan, karena bukan drama korea.
Entahlah, ketika dirinya sedari tadi mengobati, dia merasa laki-laki ini bukan seorang penjahat. Bahkan, hatinya pun malah merasa iba.
Laki-laki itu tersenyum,
memperlihatkan sederet gigi putihnya yang memamerkan gigi kelinci di tengah-tengah, membuat tampilan wajah tampan bercampur imut, mirip Jungkook MBS, Moon boys, boy band asal Korea Selatan, gadis itu terpana sekaligus gemas di waktu yang sama.
Melihat visual laki-laki itu,pikiran Rosie jadi ingat pada hewan yang ia temukan kemarin, yang sekarang keberadaannya hilang bak ditelan bumi.
"Apa lo kelinci kemarin?"
Bukannya menjawab, laki-laki itu malah menggerak-gerakkan hidungnya layaknya hewan yang tadi Rosie sebutkan saat bertanya.
"Apa itu jawabannya?"
Gadis itu menghela nafas panjang karena tidak mendapat jawaban secara verbal.
"Lo siapa sih? Masa kelinci sih? Ah tau ah!"
Rosie merasa pusing sendiri, dan memilih untuk beranjak saja, namun tubuhnya seketika turun kembali ke sofa karena laki-laki itu mencegah dan memberikan isyarat seolah dirinya tidak boleh pergi.
"Hah!" Laki-laki itu bersuara seraya menunjuk pada lutut Rosie yang lebam dengan wajahnya secara bergantian.
"Huh!" Kemudian kening itu ber-isyarat menunjuk luka di pelipisnya.
Rosie tertawa tak habis pikir dengan apa yang tengah dilihatnya sekarang.
"Huh huh!" Selanjutnya laki-laki itu memanyunkan bibir, menunjuk pada air dan lap tangan di atas meja.
Laki-laki itu seperti menyuruhnya untuk mengobati lebamnya juga.
"Lo itu kelinci atau king kong sih hahaha!"
Meskipun ingin tertawa terbahak-bahak, namun pada akhirnya Rosie mengulum senyum tulus dan berkata,"Makasih."
Setelah mengompres lebam, gadis itu tidak berniat beranjak samasekali, seperti sebelumnya, dia memilih memutar tubuh ke samping yang langsung mendapati laki-laki itu tengah mengulas senyum kepadanya, seperti tadi.
Gigi kelinci , kelakuan aneh, tatapan yang tidak bohong, bahkan sedari tadi bau tubuh laki-laki itu tidak berubah atau pun berkurang, tercium bau bedak bayi dengan paduan aroma bunga mawar, hal tersebut membuat Rosie semakin yakin bahwa didepannya bukan orang sembarangan, lebih tepatnya bukana seperti orang-orang pada umumnya.
"Sepertinya lo manusia ajaib."
Laki-laki itu terdiam dan malah mengikuti posisi Rosie yang menyenderkan punggung ke sofa. Mata bersinarnya tak lepas dari wajah gadis yang sama. Entah apa yang dia pikirkan, namun yang jelas dirinya benar-benar berterimakasih pada gadis itu.
"Senyum mulu," sindir Rosie meski tidak tahu laki-laki itu akan faham atau tidak.
Gadis itu menghela nafas kecil, kemudian matanya beralih pada ke tempat dimana bekal makanannya berada, di atas nakas samping tempat tidurnya.
Dia mengembalikan pandangan pada laki-laki itu lagi dan bertanya,"Apa lo lapar?"