"Apa lo lapar?!" tanya Rosie yang dibalas dengan kerutan di kening laki-laki itu seolah tidak mengerti, ya memang sepertinya tidak mengerti.
"Ma-kan." Sekarang gadis itu berkata sambil mempraktekkannya juga.
Laki-laki itu langsung mengangguk-angguk antusias.
Rosie pun tersenyum kecil. Dia pun segera membawa kedua wadah itu dari nakas dan menaruhnya di atas meja kayu jati, lalu membukakan semua tutup wadah yang terbuat dari plastik kualitas tinggi.
"Lo makan itu!" tunjuk nya mengarah ke wadah berisi sayuran yang didominasi dengan wortel di atas meja.
Laki-laki itu langsung menurunkan kepalanya guna menyantap hidangan namun segera Rosie cegah.
"Jangan gitu, kayak hewan tau gak?!" ucap gadis itu yang tak lama kemudian berpikir,"Eh, emang asal dia hewan kan."
"Ah, yang penting jangan kayak gitu. Gak enak dipandang. Makannya pakai tangan, seperti ini." lanjut Rosie, kemudian memakan salah satu wortel ke dalam mulutnya sebagai contoh.
Raut wajah laki-laki itu merenggut, menyimpan kesedihan di sana.
Tak lama Rosie menepuk jidat, terlupa tubuh laki-laki itu terbalut selimut, dan tidak mungkin dirinya membuka selimut itu sekarang, karena hal tersebut tidak akan aman untuk jantung, pikiran, dan mentalnya.
Gadis itu pun memutuskan untuk menyuapi nya saja.
"Ya udah, aaa!" Laki-laki itu langsung mematahkan sebagian wortel yang dia berikan menggunakan gigi yang dimilikinya.
"Enak?" tanyanya, tapi mendapat respon.
Rosie menatap laki-laki itu yang tengah asyik mengunyah seraya berkata,""Apa lo pang_ eh cowok tampan yang di kutuk juga?!"
Pertanyaan random itu lolos saja keluar dari mulutnya, gara-gara dia teringat dengan cerita di kelas tadi.
Laki-laki itu berhenti mengunyah Tak lama dia mengerakkan lidah nya mencari kotoran yang menempel di gigi.
"Aaa!" pintanya kembali.
Rosie pun langsung memasukkan bagian wortel yang tersisa, kemudian memandangi wajah polos itu sejenak, lalu dari meraih bekal yang satunya, dan menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya karena lapar juga.
"Aaa!" pinta laki-laki itu lagi.
Dia tersenyum dan memberikan suapan kembali tanpa rasa terpaksa.
"Lo itu kelinci yang berubah jadi manusia, atau sebenarnya manusia yang berubah jadi kelinci?!" beo nya seraya menggerakkan sendok guna mengumpulkan nasi.
"Huft, sangat membingungkan!" Dia pun menyuapkan sesendok nasi berserta lauk pauk yang sudah terkumpul ke mulutnya.
"Aaa!" pinta laki-laki itu untuk kesekian kalinya. Tanpa ragu dia pun pun langsung menurutinya.
Sesuatu langsung terpikirkan oleh gadis itu, Apakah dia akan terus menyuapinya seperti itu, membiarkannya tinggal, ataukah menyuruhnya untuk pergi saja?
Jujur untuk sekarang, Rosie tidak merasa direpotkan oleh laki-laki tersebut. Namun semua itu terlampau aneh, tidak mudah bagi dirinya untuk menerima manusia tanpa asal usul yang jelas menetap terus-terusan di kamarnya.
Diambilnya olehnya ponsel dari saku. Tak lama kemudian, dia bila baterainya sudah habis. Rencananya dia ingin mengecek data orang-orang yang hilang atau kabur dari rumah sakit jiwa.
Gadis itu benar-benar masih tak percaya dengan kejadian fantasi yang dialaminya kini.