Bulan akhirnya memutuskan untuk keluar dari elevator. Namun, Dia masih terpaku di tempah, bahkan hingga elevator itu tertutup. Lagi-lagi keraguan menggelayuti hatinya hingga kakinya tidak mau bergerak. Jujur dia khawatir mau bertemu Timur, bahkan cenderung takut. Dia tidak tahu apa ketakutan utamanya, namun yang pasti semua rasa takut yang dia punya seperti terakumulasi, apalagi setelah pertemuan mereka di kantor penerbitan.
Dia lantas menghela napas panjang. Matanya lurus menatap lantai berwana cream di bawah kakinya. Ada gurat-gurat samar berwarna cokelat di sana, hingga dia mencoba mengikuti gurat cokelat itu untuk membantu membuatnya tenang. Namun, tiba-tiba dia mendengar langkah seseorang. Lantas itu membuat kepalanya terdongak. Saat itulah dia menemukan seorang lelaki sedang tersenyum padanya.
"Ibu Bulan?" tanya lelaki itu.
Bulan mengangguk. Dia mulai bisa menerka siapa lelaki yang tengah berdiri di depannya ini, apalagi di sekitar ruang presiden direktur.