Chereads / Almost Broken / Chapter 24 - Bab 24

Chapter 24 - Bab 24

Salsha menggoyang-goyangkan kakinya di lantai. Tubunya ia rebahkan matanya menatap langit-langit kamarnya. Ia mulai memikirkan kata-kata Galang.

Salsha itu gadis yang plinplan. Ia tidak bisa memutuskan sesuatu. Pikirannya juga mudah berubah. Seperti tadi, ia sudah mengatakan kepada Galang jika ia akan memutuskan hubungannya dengan Aldi. Tapi sekarang, Salsha sepertinya tidak rela.

Salsha mendengar bell rumahnya berbunyi. Dengan malas, ia keluar dari kamar dan membuka pintu itu. Salsha menghela nafas dan tersenyum tipis saat melihat Aldi sudah berada di depannya.

Tanpa mengatakan apapun, Salsha mempersilahkan Aldi untuk masuk dan duduk di sofa sedangkan membuat minuman di dapur.

Aldi merasa sedikit aneh melihat kelakuan Salsha. Jika sebelumnya gadis itu akan menunggu Aldi di depan pagar jika tahu Aldi akan datang. Ia juga akan langsung memeluk Aldi dan bermanja-manja kepada lelaki itu. Tapi sikap Salsha sekarang sangat berubah.

Bahkan saat gadis itu sudah kembali dari dapur dan meletakkan dua gelas es jeruk dan beberapa camilan ringan. Gadis itu malah duduk di depannya, bukan di samping Aldi.

Aldi semakin merasa aneh saat Salsha hanya diam. Ia tak mengatakan apapun.

"Kamu kenapa?" tanya Aldi yang tak tahan keheningan yang melanda.

Salsha hanya menggeleng pelan. Ia meraih camilan di meja dan mulai memakannya. Ia mati-matian untuk menahan perasannya.

Aldi menghembuskan nafasnya. Kemudian ia beralih duduk di samping Salsha. "Kamu berubah!" tukas Aldi.

"Nggak. Itu perasaan kamu aja." Salsha berusaha untuk terlihat cuek.

"Berubah!" bentak Aldi. Lelaki itu tak sabaran. Ia sangat mudah marah jika merasakan sesuatu yang tak sesuai dengan keinginan. "Jawab, kamu kenapa?"

"Nggak papa. Nggak usah pake bentak segala." Salsha berusaha menahan air matanya. Ia masih saja merasa sakit jika di bentak oleh Aldi.

Aldi semakin dekat. Ia mencengkram kuat lengan Salsha. "Jawab kamu kenapa?!" bentaknya lagi. "Biasanya kamu selalu nunggu kedatangan aku di depan pagar dan kamu selalu meluk aku!"

Salsha sudah tahan, ia menepis tangan Aldi di lengannya. Lengannya memerah akibat cengkraman Aldi. Ia mengusapnya pelan. "Nggak usah main kasar dan bentak aku. Ini rumah aku!" Salsha berkata dengan tegas. Ia menjauh dari Aldi dan duduk di sofa yang lain. Kemudian tampak masa bodo dengan kehadiran Aldi.

Aldi menggeleng tak percaya saat melihat respon Salsha. Gadis itu tak pernah seperti ini sebelumnya. Salsha juga tak pernah berkata dengan nada tegas seperti itu.

Aldi kembali mendekati Salsha. Jika tadi ia mencengkram lengannya, kini beralih mencengkram dagu Salsha dengan kuat. "Jangan pancing amarah gue. "Aldi berkata dengan penuh penekanan.

Mata Salsha berkaca-kaca. Terasa perih saat Aldi mencengkram dagunya. Jika tak ingat Galang, pasti sekarang Salsha sudah menangis di perlakukan seperti ini.

Dengan tenaga yang tak seberapa, Salsha menghempas tangan Aldi. "Jaga sikap kamu, Ald!"

"Kamu kenapa! Bilang sama aku!" bentak Aldi lagi.

"Kamu yang kenapa. "Salsha menjauh. "Kamu berubah akhir-akhir ini, kamu makin sering marah sama aku, kamu makin sering bentak dan ngomong kasar sama aku. Kamu juga nggak ngerhargain aku. Kamu jarang nyamperin aku dan bahkan kamu udah mulai main kasar sama aku," Salsha menarik nafasnya dan kembali melanjutkan, "Aku baru ngelakuin hal kecil aja kamu udah gini. Apa kabar aku nggak kuat sama semua perlakuan kamu!"

Aldi hanya diam. Ia menatap Salsha dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Aku capek, Ald. Dikit-dikit kamu bentak aku. Dikit-dikit kamu bilang aku murahan tanpa peduli perasaan aku gimana!" Salsha mengeluarkan semua uneg-unegnya. Ia tidak peduli jika Aldi akan murka. Toh, sekarang mereka ada di rumahnya. Jika Aldi kurang ajar, Salsha hanya perlu teriak dan tetangga akan datang kesini.

"Kamu berubah. Entah kamu punya yang lain atau kamu bosan sama aku," lanjut Salsha Aldi hanya diam.

Aldi mengacak rambutnya asal. Tak tahu harus melakukan apa. "Kamu bosan sama aku?"

"Aku nggak bosan. "Salsha menggeleng, "Aku cuma nggak tahan kalo setiap hari kamu selalu gituin aku. Aku capek. Aku juga punya batas kesabaran."

"Ini tabiat aku, Sals. Harusnya kalo kamu sayang sama aku. Kamu bisa nerima aku apa adanya," kata Aldi setelah terdiam beberapa lama.

"Aku memang sayang sama kamu, Ald. Tapi aku nggak mungkin rela kalo terus-terusan seperti ini."

"Trus kamu mau putus?" tanya Aldi dengan suara pelan hampir tak terdengar. Ia merasa ragu dengan ucapannya sendiri.

Salsha terkekeh. "Aku nggak mau putusin kamu, karena aku tau sakitnya di putusin seperti apa. Sekarang kamu, kalo kamu bosan sama aku, kamu putusin aku aja. Aku nggak bakal nolak lagi."

Aldi ingin menjawab, tapi suaranya tertahan di bibir. Ia bingung harus seperti apa. Harusnya ia senang karena Salsha seperti sudah menyerah. Tapi ada yang aneh dengan perasannya. Perasaan seperti tak rela.

Melihat Aldi yang hanya diam. Salsha pun diam. Ia sibuk dengan pikirannya. Sesekali ia menatap Aldi yang menundukkan wajahnya.

Setelah sekian lama diam, Aldi mengangkat wajahnya. Meraih kunci motor yang tergeletak di meja kemudian berdiri. "Aku pulang."

Salsha hanya mengangguk lemah dan menatap punggung Aldi yang keluar dari rumahnya. Selepas kepergian Aldi, Salsha menangis. Ia mengeluarkan semua perasaan sakit yang sedari tadi ia tahan. Percakapan malam ini tak membuahkan hasil. Ia belum mengetahui apa yang terjadi dengan Aldi.

*****

Salsha membuka pintu rumahnya dan terkejut saat melihat Galang udah berdiri di depan rumahnya. Penampilannya yang sudah seperti upik abu, berbanding terbalik dengan Galang yang sudah tampak rapi. Memang, di hari minggu Salsha paling malas untuk mandi kecuali jika Aldi mengajaknya kencan.

"Ngapain kesini?" tanya Salsha datar. Matanya masih membengkak di karenakan ia menangis semalaman.

"Nangis lagi. Adehhh." Galang tak habis pikir kenapa sekarang Salsha menjadi gadis yang cengeng. Berbeda dari yang sebelumnya ia kenal.

"Tapi gue udah berani ngelawan sama dia, kok. Gue udah ngikutin saran lo." Salsha membela dirinya sendiri.

"Tapi masih nangis?" ledek Galang.

"Yang penting bukan di depan dia nangisnya. Sah-sah aja."

"Iya, deh." Galang mengalah. Salsha paling jago dalam hal berdebat. "Mending lo mandi sekarang. Gue tunggu disini."

"Mau kemana mandi segala?" tanya Salsha.

"Bawel. Cepat sana!" Galang membalikkan tubuh Salsha dan mendorongnya, "Cepat. Gue tunggu di luar."

Salsha akhirnya mengangguk pasrah. Ia pun berjalan ke kamarnya dan mulai mandi. Tak perlu waktu lama untuk Salsha selesai mandi, ia bukan seperti gadis kebanyakan yang menghabiskan waktu hinggal dua jam hanya untuk mandi. Entah apa saja yang mereka lakukan disana

Selesai mandi Salsha memakai baju kaus berlengan pendek yang di padukan dengan rok di atas lutut. Ia memoleskan wajahnya dengan bedak tipis dan lipblam. Cukup natural namun bisa menambah kepercayaan dirinya. Rambutnya yang semula ia kepal perlahan ia gerai dan menyisirnya. Ia juga menggunakan bando berwarna pink.

Setelah selesai bergelut dengan penampilannya, Salsha meraih tas kecil dan keluar dari kamar untuk menghampiri Galang.

Galang tersenyum saat melihat penampilan Salsha. Cukup cepat untuk hasil yang memuaskan. Penampilan Salsha memang dari dulu tak pernah berubah. Selalu seperti ini.

Galang menarik tangan Salsha dan membawanya ke tempat motornya terparkir. Salsha tersenyum dan menaiki motor Galang.

Tanpa mereka ketahui, Bayu mengintai mereka dari belakang. Tadi, ia berniat mengunjungi Salsha di rumahnya dengan alasan ia tak sengaja lewat. Ia yang sempat sudah turun dari mobilnya mendadak kaku saat melihat Galang sedang berada di teras rumah Salsha.

Bayu mengepalkan tangannya. Ia terlambat. Dengan emosi, Bayu kembali menuju mobilnya dan akan menunggu sampai keduanya keluar dari rumah itu.

Ia meninju stir dengan keras saat melihat Salsha keluar bersama Galang. Gadis itu tampak bahagia.

"Sial! Nggak ada yang boleh dapatin Salsha selain gue!" makinya.

Bayu tersenyum jahat saat ide busuk terlintas di pikirannya. Ia mengikuti Galang dan Salsha dari belakang. Ia tak ingin jejak mereka hilang.