Chereads / Almost Broken / Chapter 22 - Bab 22

Chapter 22 - Bab 22

Salsha sedikit terusik dengan obrolan Bella dan Clara. Mereka berdua sedang membicaran seorang lelaki yang bernama Bryan tepat di belakangnya. Suara mereka yang nyaring membuat Salsha bisa mendengar jelas obrolan mereka.

Bryan yang mereka bilang adalah Bryan yang bersekolah di SMA Cempaka. Bryan yang memiliki postur tubuh tinggi, putih, hidung mancung, dan sangat pandai bermain basket. Lelaki itu adalah kapten basket di sekolahnya.

Salsha menimang-minang, ia juga mengenal seseorang yang bernama Bryan dan sangat persis ciri-cirinya dengan yang kedua temannya itu katakan. Apa mungkin Bryan yang mereka bicarakan juga sama dengan Bryan yang Salsha kenal.

Tak ingin terlalu lama bermain dengan pikirannya, Salsha menoleh ke belakang. "Bryan yang kalian bilang itu namanya Bryan Syaputra?"

Bella mengehendikkan bahunya, masih tak terima Salsha menjauhinya karena masalah yang tak jelas. "Nggak tahu, nggak penting juga."

Salsha menghela nafas. Tahu jika ia tak akan mendapat apa-apa dari Bella maupun Clara, Salsha memutuskan untuk mencuci muka di toilet.

Salsha keluar dari kelasnya menuju toilet. Saat Salsha berada di depan kelas Aldi, ia ingin masuk dan mengajak Aldi makan di kantin. Tapi mengingat ancaman Aldi waktu itu, Salsha takut. Ia tak ingin Aldi lebih murka dan kembali memarahinya. Maka, hal yang Salsha lakukan adalah berjalan lurus ke depan sampai ke toilet.

Sementara Aldi, lelaki itu sedang berkutat dengan ponselnya. Ia hanya sendiri di kelas tanpa Bayu maupun Bastian. Aldi sempat melihat Salsha berjalan melewati pintu kelasnya. Aldi tak mau ambil pusing, karena selanjutnya Tiara datang sembari menenteng snack dan minuman botol.

Tiara duduk di samping Aldi dan bersandar di dada bidang lelaki itu. Karena hanya mereka berdua yang berada di sana membebaskan Tiara melakukan apa saja.

"Kemaren, nasi goreng itu lo yang masak?" tanya Tiara sembari membuka snack dan memakannya.

Aldi mengangguk singkat, kembali berkutat dengan ponsel miliknya.

"Enak," kata Tiara. "Bumbunya pas. Gue suka."

Kemaren, saat Aldi berhasil mengusir Salsha, Aldi mengantarkan kotak bekal yang Salsha masak untuk Tiara. Aldi menemui Tiara di rumahnya.

Tiara tentu senang. Selain bisa bertemu Aldi, ia juga bisa memakan nasi goreng buatan lelaki itu. Tiara tak menyangka jika laki-laki seperti Aldi jago memasak.

"Besok-besok masakin lagi, ya?"

Tanpa berpikir dua kali, Aldi langsung mengangguk. Ia hanya perlu menyuruh Salsha memasak nasi goreng kemudian ia mengantarnya kerumah Tiara. Cukup mudah.

Entah apa yang Aldi pikirkan. Lama kelamaan ia bosan kepada Tiara. Memang bukan hal yang baru lagi, Aldi hanya manis di awal dan kemudian pahit di akhir. Dengan berdalih banyak alasan yang masuk akal, Aldi bisa memutuskan pacarnya. Aldi bukan lelaki yang baik, ia sering menyakiti hati gadis lain. Ia mudah bosan dan ia bertindak semaunya. Tak berbeda dengan Tiara juga, baru beberapa hari pacaran, Aldi sudah muak dan ingin memutuskannya.

Aldi hanya tahan berpacaran selama sebulan. Bahkan ia juga pernah berpacaran sehari. Dan hanya Salsha lah yang bertahan bisa pacaran hampir setengah tahun dengannya. Dan mungkin secepatnya Tiara dan Salsha akan sama dengan mantan-mantannya yang lain.

"Nanti malam lo ada acara?" tanya Tiara lagi. Sekarang tangannya beralih mengelus rahang kokoh Aldi.

Aldi risih, ia menepis tangan Tiara. "Ada. Gue nggak bisa ketemu sama lo."

"Kok gitu? Kita baru kencan sekali, loh." Tiara cemberut.

"Pokoknya gue nggak bisa ya nggak bisa. Ribet lo!"

Tanpa berkata apapun lagi, Aldi keluar dari kelas itu. Meninggalkan Tiara yang berada di puncak batas kesabaran. Realita tak sesuai dengan ekspektasi. Ia baru tahu bagaimana sifat asli Aldi setelah mereka resmi berpacaran.

Aldi mengelilingi koridor, entah kemana tujuannya sekarang, yang penting ia bisa menghindari Tiara untuk saat ini.

Tanpa sengaja, Aldi berpapasan dengan Salsha. Mata mereka semakin beradu. Aldi dan Salsha berpandangan sangat lama sebelum akhirnya Salsha mengalihkan pandangannya dan berjalan cepat menjauhi Aldi. Ia tak ingin terlibat apa saja dengan Aldi di sekolah seperti apa yang lelaki itu inginkan.

Tapi sayangnya, tangannya di cekal oleh Aldi. Salsha berhenti tetapi enggan untuk melihat Aldi.

"Kamu nggak mau ngomong apa-apa sama aku?" tanya Aldi. Nadanya seakan menuntut.

"Nggak." Salsha berkata dengan cuek.

Aldi menelan salivanya, terkejut dengan respon Salsha. "Kamu kenapa?"

Salsha berbalik, kini ia berpandangan dengan Aldi. "Bukannya kamu sendiri yang bilang nggak boleh ngomong di sekolah sama kamu. Kamu lupa? Aku capek di caci maki, Ald."

Setiap manusia itu punya batas kesabaran. Terlalu lama berdiam dan menahan semuanya juga akan semakin sakit. Mungkin kesabaran Salsha masih besar menghadapi sifat Aldi sekarang. Tapi Salsha tak tahu kapan kesabaran itu akan lenyap.

"Nanti malam aku datang kerumah kamu. Ada yang pengen aku omongin."

Salsha mengangguk. Ia melepaskan tangan Aldi dan berlalu meninggalkan lelaki itu.

*****

Salsha sedang berjalan menjauhi sekolahnya. Galang bilang lelaki itu ingin menjemputnya. Salsha mengiyakannya, toh Aldi juga tak tahu dimana. Salsha akan menunggu Galang agak jauh dari sekolahnya, takut jika Aldi melihat mereka.

Katakan saja Salsha tengah berselingkuh. Karena ia pergi bersama cowok lain disaat ia masih berstatus pacar Aldi. Tapi Salsha juga butuh selingan, ia tak ingin terlalu memikirkan hubungannya dengan Aldi. Aldi yang selalu menyakitinya dan Galang yang selalu mencoba membuatnya bahagia. Lelaki itu sangat bertolak belakang.

Sekitar sepuluh menit Salsha berjalan, ia pun memutuskan berhenti. Ia sudah jauh dari sekolah. Maka hal yang perlu Salsha lakukan adalah menunggu Galang.

"Sals, nunggu siapa? Pulang bareng gue yuk?"

Salsha tersenyum kaku saat melihat Bayu yang menegok dari kaca mobilnya. Ntah mengapa, beberapa hari ini Bayu semakin gencar mendekatinya.

"Gue pulang sendiri aja," tolak Salsha dengan halus. Selain karena Bayu adalah teman Aldi. Salsha juga risih berdekatan dengan Bayu karena tatapan genit lelaki itu.

"Kita 'kan searah, ayolah," bujuk Bayu. Ia merasa inilah waktunya untuk pedekate dengan Salsha karena sebentar lagi Aldi akan memutuskan lelaki itu.

"Gue masih ada urusan. Lo duluan aja."

Akhirnya Bayu mengalah. Ia mengucapkan kata selamat tinggal dan menjalankan kembali mobilnya. Bayu tentu saja tak bodoh, ia akan menunggu dan mengamati Salsha dari jauh. Ia tak ingin ada sesuatu yang ia lewatkan dari gadis itu.

Selang berapa lama setelah kepergian Bayu, Galang pun datang dengan menunggangi sepeda motornya. Galang selalu terlihat jika menaiki motor itu.

Salsha tersenyum, tanpa menunggu lagi, ia menaiki motor Galang. Galang memberikan helm kepada Salsha dan gadis itu memakainya. Dengan sedikit malu, Salsha memegang pinggang Galang. Galang tersenyum di balik helm dan melajukan motornya itu membelah jalanan raya.

Bayu mengepalkan tangannya melihat pemandangan di depannya. Salsha tampak senang bisa bersama lelaki itu. Ini yang Bayu takutkan. Bayu pikir setelah Aldi memiliki yang lain, ia akan mudah mendapatkan gadis itu. Ternyata ia salah. Ia masih memiliki saingan yang lain.

Bayu tak akan mungkin diam. Ia akan melakukan sesuatu agar lelaki itu menjauh dari Salsha. Hanya Iqbaal yang boleh memiliki Salsha.

*****