Di pertengahan hutan Hasango, Sangulaw barat terdapat wilayah yang di tempati para spesies dari keluarga felidae atau jenis kucing. Wilayah mereka dikenal dengan curah hujan yang rendah dan terdapat semak belukar di pinggiran serta beberapa pohon yang berdiri kokoh hingga ratusan tahun.
Wilayah ini awalnya ditempati oleh spesies kera besar, yaitu gorilla. Kelompok mereka berhasil menaklukkan wilayah ini sehingga membangun tahta kerajaan baru bagi spesies mereka mereka menamai kerajaannya dengan nama King of Lioner.
Hutan ini memiliki banyak wilayah untuk spesies hewan lainnya membentuk kerajaan, keturunan serta membangun kedamaian untuk kelompoknya masing-masing.
Tidak lupa akan keindahan yang dimiliki oleh hutan ini di antara semua wilayah ada satu wilayah yang tidak bisa ditempati yaitu wilayah harumanewara dikenal sebagai wilayah surga yang selain memiliki banyak tanaman hijau kehijauan tempat ini terdapat air terjun yang sangat jernih.
Beberapa bulan kemudian setelah penguasa King of Lioner berhasil menata wilayah dan kawanannya untuk kehidupan yang damai. Mereka menjalani hari-hari sebagai penduduk biasa bahkan membentuk tim berburu yang hebat sehingga tidak ada yang kelaparan di wilayah yang dikenal dengan curah hujan yang rendah itu.
Angka kelahiran mereka pun meningkat sangat baik untuk membentuk generasi baru. Masing-masing keluarga spesies tersebut berencana memiliki anak.
Dari banyaknya anak yang lahir dengan normal saat itu terlahir lah seekor anak singa berbulu putih dari rahim singa betina dengan warna kulit yang normal atau pada umumnya seperti mana yang anda sekalian ketahui.
Kelahiran anak itu menjadi Peristiwa besar bagi spesies mereka, bulunya berwarna putih terang terlihat jelas meski masih banyak darah yang menempel. Sang Ibu menatap anaknya itu dengan sedih dan tidak tega. Ia pun membersihkan darah yang menempel dengan lidahnya. Singa lain berbondong-bondong melihat anak singa itu seolah-olah warna bulu putih nya adalah keajaiban baru bagi mereka.
Tidak lama kemudian suara nafas mereka menjadi pasif. Terdengar tenang, serta suara langkahan kaki membuat sang Ibu yang baru melahirkan itu terkejut. Sang Penguasa wilayah datang menghampiri nya, para kawanan singa menunduk hormat ketika ia lewat. Bulu kepalanya yang lebat hingga ke Dagu serta mata setajam siluet yang menakutkan siapapun yang menatap nya. Itulah karakteristik Sang Penguasa, pemimpin mereka. Dia pun berdiri di hadapan sang Ibu yang terbaring lemah pasca melahirkan.
"Tunduk saya pada anda, yang mulia. Maaf tidak menyambut anda dengan baik, apa yang membuat Anda mendatangi tempat saya yang kurang nyaman ini, yang mulia?" Sambut Ibu itu, bernama Jeirail.
"Jeirail, Mengapa kamu melahirkan anak itu?" tanya nya membuat Jeirail sedikit takut. Ia menatap anak yang terlahir dengan bulu putih itu dengan tatapan tidak suka dan Malang.
"Maafkan saya yang mulia, Saya tidak paham apa maksud anda. Anak yang lahir dari rahim Saya tidak hanya satu yang mulia" Jawab Jeirail dengan sopan dan bermaksud membuat Penguasa itu melihat anaknya yang lain dan berbulu sama dengan kelompok mereka.
"Demi kebaikan kerajaan, buatlah anak itu menjauh dari kerajaaan wilayah kita" Perintah nya.
" Yang Mulia, mohon ampuni saya. Mohon berikan saya keringanan. Saya harus merawatnya terlebih dahulu agar ia bisa hidup dengan mandiri. Ini adalah perasaan kasih sayang yang ingin saya berikan padanya untuk terakhir kali. Saya bersumpah akan melakukan perintah yang mulia jika sudah saatnya" Jelas Jeirai hingga menunduk hormat pada nya.
Penguasa itu pun berpikir hal yang sama pada Jeirail. Lebih baik anak itu tumbuh daripada kerajaan mereka dianggap pembunuh anak yang tidak berdosa. Selain itu, Sang Penguasa menatap Jeirail dengan perasaan tidak tega. Dia pun memerintah anak buah nya untuk membubarkan keramaian yang masih terjadi.
Suasana pun menjadi sepi, hanya ada mereka saja di tempat itu. Jeirail mendongak, menatap mata Sang Penguasa yang berdiri di hadapan nya itu.
"Jeirail. Mengapa kamu mengundurkan diri dari salah satu pemegang kekuasaan?" Tanya nya tiba-tiba dengan nada yang berbeda saat suasana sedang ramai tadi.
"Mengapa anda membahas masa lalu yang sudah berlalu, Yang Mulia?"
"Bicaralah dengan santai, Jeirail. Disini hanya ada kita berdua. Kamu masih ingat namaku kan?"
"Maaf, saya tidak ingat"
"Haahh, sudah kuduga kamu melupakanku. Aku si banana head. Nama asliku, Yosha. Akhirnya aku menemukanmu, wahai betina baja!" seru nya membuat Jeirail terkejut sekaligus senang bertemu dengan kawan lama nya saat era penaklukan wilayah ini.
"Astaga, itu kamu banana head? Kamu banyak berubah, bulu lebatmu membuatku tidak mengenalinya. Tadi, apa-apaan itu. Kamu memerintahkan aku seperti itu?"
Saat berperang, Yosha kejatuhan kulit pisang di kepala nya. Sehingga membuat para Kawan nya memanggil dia dengan sebutan banana head.
"Uhm. Itu serius Jeirail. Maaf, Penguasa tertua sudah mendengar kabar ini. Beliau memerintahkan aku untuk berbuat seperti itu. Aku tidak bisa membantahnya. Andai saja, Jeirail. Kamu tidak mengundurkan diri, kamu tidak akan hidup dengan begini" Jelas Yosha dengan perasaan yang amat sedih.
"Cukup, Yosha. Jangan membahas yang sudah berlalu. Aku lebih bahagia hidup dengan kebebasan seperti sekarang. Aku akan fokus merawat anak-anakku dan tetap menjalankan perintahmu"
"Maafkan aku, Jeirail. Aku tidak biaa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan anakmu. Dimanakah ayah anak ini?"
Jeirail mengalihkan pandangan nya ke arah lain. Melihat itu tindakan Jeirail membuat Yosha merasa bersalah karena telah menanyakan yang seharusnya tidak ia tanyakan.
"Bisakah kamu pergi sekarang? Anggaplah aku sebagai penduduk biasa bagimu. Anggaplah semua kenangan itu tidak ada sama sekali. Maafkan aku, Yosha. Aku tidak ingin mengingat hal itu"
"Baiklah. Maaf jika pertanyaanku menyinggungmu. Jika kamu butuh bantuan, temuilah aku, Jeirail. Ku harap kamu dan anak-anakmu sehat selalu. Aku pamit undur diri"
Yosha, Sang penguasa telah pergi meninggalkan Jeirail. Dia pun kembali membersihkan bulu anak-anak nya agar pikiran tentang masa lalu menghilang dari memori otak nya. Setelah Yosha sudah pergi jauh dari tempat Jeirail, beberapa kawan nya pun datang dengan perasaan yang sangat khawatir. "Jeirail, Jeirail!" Panggil mereka.
Jeirail mendongak, mendapati para kawan nya datang dengan raut wajah khawatir. "Jeirail, Apakah Penguasa itu menghampirimu?" Tanya kawan yang tubuh nya lebih besar dari mereka, Audi.
"Iya. Kalian jangan khawatir, dia tidak melakukan apapun terhadapku" Jawab Jeirail.
"Hufft, syukurlah Oh Lihatlah. Jeirail, Kamu melahirkan semua anak laki-laki? Kamu sangat beruntung! Tidak ada yang bisa macam-macam denganmu lagi. Mereka akan melindungimu!" Seru kawan kedua nya yang memiliki tinggi yang pendek dari mereka bertiga, Qewi.
Jeirail tersenyum menggelengkan kepala. Tapi, kawan ketiga nya yang berbulu mata lentik, Sunhae. Mengamati anak nya yang berbulu putih sedaritadi dengan serius.
Di perjalananan ke tempat Jeirail, mereka mendengar percakapan para singan lain tentang kelahiran anak singa berbulu putih. "Jeirail. Ternyata benar kata mereka, Kamu melahirkan anak ini?" Tanya nya.
Mereka semua terdiam ketika mendengar pertanyaan Sunhae.
"Iya, Sunhae. Aku melahirkan nya. Aku tahu betapa malangnya dia terlahir berbeda. Aku akan merawatnya sepenuh hatiku. Dimataku, dia adalah anak yang sama dengan yang lain" Jelas Jeirail sembari mengamati anak nya yang masih tertidur pulas.