Chereads / Leon Blanc / Chapter 2 - HOUSE OF JUSTICE (2)

Chapter 2 - HOUSE OF JUSTICE (2)

Satu tahun kemudian, Anak Jeirail tumbuh dengan sehat dan sudah saat nya diperkenalkan. Anak pertama, Edison. Anak kedua, Erison dan Anak ketiga yang berbulu putih adalah Wilson.

Di hari yang panas itu, mereka pergi berkeliling untuk berinteraksi dengan kelompok singa lain nya. Jeirail berjalan lebih dahulu diikuti oleh mereka bertiga dari belakang.

"Mom, Kemana kita akan pergi?" Tanya Erison.

"Ikuti saja. nanti kalian akan tahu" Sahut nya.

Mereka dengan pasrah terus mengikuti kemana langkah Ibu nua. Dibalik raut wajah yang ceria. Wilson merasa dirinya berbeda dengan singa yang selama ini dia lihat.

Dia menoleh ke kanan dan kiri bertanya pada sanubarinya. "Apakah hanya aku yang berbulu putih?"

Dia pun menyadari ada kawanan singa lain yang memandangnya dengan tatapan aneh dan mengejek. Dia pun memalingkan wajahnya, berjalan dengan kepala yang menunduk.

"Wilson, jangan menduduk ketika kamu berjalan! Tegak lah!" Tegur Kakak kedua, Erison yang menyadari cara jalan adik bungsunya.

Wilson menegakkan kepalanya dan berjalan dengan benar. Dia berusaha untuk bertahan dengan tatapan-tatapan mengeringkan di sepanjang perjalanannya. Tidak ada yang tahu betapa sakit hatinya anak itu. Dia berharap menemukan kawan yang sama dengannya.

Sang Ibu, Jeirail juga menyadari pandangan orang lain pada anak nya Wilson. Dia sengaja membawa Wilson berjalan-jalan agar semua orang tahu bahwa betapa normalnya Wilson itu. Perasaan nya sedih namun dia harus kuat agar Wilson juga kuat melewatinya.

"Selamat datang di tempat tinggal kami, Jeirail dan anak-anak.." Sambut Audi yang sedaritadi sudah menunggu kedatangan mereka.

Setelah memberi salam, Audi memperkanlkan anak-anak nya. Anak pertama, bernama Awsry. Anak kedua bernama Awliu dan Anak ketiga bernama Awseir. Mereka juga seumuran dengan Anak dari Jeirail.

"Salam kenal, Nama saya Edison. Adik saya Erison dan Wilson" Sapa Edison sebagai kakak pertama.

"Salam kenal juga, Edison, Erison dan Wilson. Ibuku banyak bercerita tentang kalian..." Sahut Awsry.

Mereka pergi ke suatu tempat bersama-sama. Tidak lupa meminta izin pada Ibu mereka. Setelah di perbolehkan, mereka berlari-lari dengan cepat hingga tiba di tempat itu.

"rawwwrr"

"Haaaauarrrrr"

Suara mengaum dari para Singa jantan yang berbaris dengan rapih mulai terdengar di telinga mereka yang masih berlari. "Kalian dengar kan? Disana adalah tempat nya para kesatria bertarung!" Seru Awseir.

"Benarkah? Wuaaah hebatnya!" Sahut Erison membayangkan hebatnya ksatria itu.

"Mereka bisa mengeluarkan api dari mulut mereka! Masih ada lima menit lagi sebelum latihan itu di mulai. Cepatlah!" Ujar Awseir yang lari nya semakin cepat.

sruk sruk sruk.

Mereka dengan pelan merunduk sambil berjalan, agar tidak ada yang melihat mereka di balik rumput yang sedikit tinggi. Para ksatria kerajaan singa, berbaris dengan rapih. Menunjukan kekokohan nya sebagai pedang kerajaan. Tubuh mereka begitu kekar dan rambut kepala yang lebat hingga ke dagu.

"Lihatlah. Tubuh para ksatria itu sangat bagus" Puji Awseir.

"Mereka memang pedang nya kerajaan. Wajar saja tubuh nya besar!" Sahut Erison.

"Kapan mereka akan mengeluarkan api?" Tanya Edison yang sedaritadi menunggu pertunjukan itu.

"Tunggu sebentar lagi!" Jawab Awseir.

Mendengar jawaban Awseir. Mereka dengan setia menunggu dan tetap menikmati setiap latihan para ksatria itu. Mulai dari berlari dengan cepat secara kelompok, Merunduk, meloncat dan yang terakhir adalah mengeluarkan sihir nya.

"Pertunjukan magis yang ditunggu segera di mulai!" Seru Awseir pada mereka.

Para ksatria singa jantan dan betina di bagian depan mulai membuka mulut nya lebar-lebar. Gigi taring mereka tampak tajam dan menakutkan. Setelah mengaum tiga kali, keluarlah Api yang berkobar dari mulut mereka.

Mata mereka berenam yang sedang mengintip itu, berbinar-binar. Bayangan semburan api di mata nya tampak jelas. Betapa indah dan menarik nya magis itu.

"Wuaaah! Bagaimana agar bisa jadi ksatria?" Tanya Wilson.

Setelah mendengar pertanyaan Wilson, Mereka semua menoleh ke arah nya. Menatap dengan tatapan tidak percaya. "Apa kau sangat tertarik, Wilson?" Tanya Awseir.

"Iya aku tertarik, Awseir" Jawabnya antusias.

"Bagaimana dengan bulu putihmu?" Tanya Awsry yang sedaritadi memperhatikan bulu putih Wilson.

"Apa hubungan nya dengan bulu putih?" Timpal Erison, berniat membela adik nya.

"Kenapa kamu kesal? Aku hanya bertanya. Memang nya mereka akan menerima adikmu?" Jelas Awsry ceplas-ceplos.

"Rawwwr" Kesal Erison. Mulai mencengkeram wajah Awsry hingga dia terpental.

Tidak terima di serang tiba-tiba, Awsry mulai menyerang nya balik. Terjadilah perkelahian sehingga rumput-rumput yang dijadikan persembunyian mereka bergoyang. Menarik perhatian para Ksatria.

"Hentikan! Kakak. Hentikan!" Tegur Awseir.

"Kak Erison! Hentikan.." Ujar Wilson berusaha melerai mereka.

Mereka tampak heboh karena perkelahian antara Erison dengan Awsry menjadi sengit. Sampai tidak menyadari bahwa mereka berada di tempat berbahaya.

Bayangan sang Pemimpin ksatria terlihat saat mereka masih berusaha melerai perkelahian itu. Mereka berhenti dan enggan menoleh ke belakang. "Siapa yang berani masuk ke daerah ini?" Tanya nya dengan suara serak.

Tubuh mereka bergemetar hebat. Merunduk dan merasakan ada nya bahaya. Sebelum Pemimpin itu menyerang. Awseir memberi isyarat untuk lari.

"Lariiiiiii!!" Teriak Awseir. membuat mereka semua pun berusaha lari sekuat tenaga meninggalkan tempat.

Mereka berlari ke arah semak belukar. Anak buah pemimpin ksatria pun mengejar mereka dari belakang. Mereka semua berusaha lari sekencang mungkin, menghindari tangkapan para ksatria.

"Tidak. Tidak. Kita tidak bisa berjalan lurus!" Tegur Awseir.

"Semua nya! Berpencar! Kanan dan kiri!" Perintah Awseir membuat mereka berpencar.

Ke arah kanan, Erison, Wilson dan Awseir. Kearah kiri, Edison, Awsry, dan Awliu.

Mereka menemukan tempat yang aman untuk bersembunyi. Di antara banyak nya semak belukar yang menyulitkan para ksatria mencari mereka, terdapat potongan kayu yang sedikit rapuh. Itulah tempat persembunyian Erison, Wilson dan Awseir.

"Tenang. Ambil nafas kalian!" Bisik Awseir.

Suara langkahan kaki mulai terdengar jelas di telinga mereka. Mereka merunduk bersiap untuk menyerang atau memilih lari. Suara itu semakin dekat, dekat dan dekat.

"Rawwwwr sungggggg"

Semburan api membakar kayu persembunyian mereka. Mereka memilih untuk kembali berlari. Karena menyadari bahwa Ksatria bermulut api bukan tandingan mereka.

"Tetap lari atau mati?" Gerutu Erison yang sangat berusaha berlari secepat mungkin.

"Tetap lari atau mati! Tetap lari atau mati" Gumam Awseir mengulang ucapan Erison.

"Lihat! Itu pohon yang kita kenal. Ke arah sana" Ujar Awseir.

Mereka berlari ke arah pohon yang tinggi itu, dedaunan nya masih hijau padahal sudah berdiri ratusan tahun. Mereka sebentar lagi akan sampai, mendapati Edison, Awsry dan Awliu sedang duduk manis menunggu mereka.

"Kak Edison!" Panggil Erison dengan nafas tersengal-sengal.

"Istirahatlah. Para ksatria itu tidak akan mengira kita ada disini!" Ujar Awsry.

"Bagaimana kalian bisa sampai sini lebih dahulu?" Tanya Erison penasaran

"Awliu yang menemukan tempat ini" Jawab Edison.

"Kak Awliu punya kemampuan menganlisis yang baik! Kakakku jenius!" Bangga awseir.

"Awseir. Hentikan!" Sahutnya tidak suka di puji oleh adik nya.

"Huh! Ini semua gara-gara kamu erison! Para ksatria itu tidak akan tinggal diam setelah mengetahui ada yang melihat mereka" Kesal Awsry.

"Kamu yang mulai perkelahian itu! Lain kali jagalah perkataanmu!" Tegas Erison pada nya.

"Sudahlah, Erison. Hentikan! Mari kita pulang sebelum matahari terbenam" Perintah sang Kakak, Edison.