Dengan terlihat begitu bersemangat, Mesya pun menjawab,"Hey ... sabar Kak Rara yang cantik? He ... he."
"Ah ... kamu ini nggak seru sama sekali kalau kayak gini. Kalau cerita itu, mbok ya jangan setengah-setengah to Sya ...Sya. Atau, mendingan nggak usah cerita aja sekalian kalau begitu," sahut Kak Rara menggerutu melihat ulah dari Mesya.
"Iya-iya ... maaf. Kan emang aku sengaja. Pingin lihat reaksinya Kak Rara seperti apa. He ... he,"sahut Mesya.
"Bodo amat!" sahut Kak Rara dengan ketus karena Mesya terlalu muter-muter ngomongnya, tertambah lagi juga karena ada pelanggan yang datang jadi Kak Rara pun hendak melayaninya.
Mesya pun pada akhirnya masih belum bisa bercerita dengan Kak Rara, hingga dia selesai melayani pelangggannya. Tertambah, Nadia pun lantas datang kembali ke sana.
"Eh ... Mesya. Kamu kenapa?" tanya Nadia.
"Ah ... enggak. Emang kenapa?" sahut Mesya dengan wajah culasnya.
Nadia hanya mengernyitkan mata dan kemudian berlalu meninggalkan dirinya, setelah pelanggan datang dan Nadia pun lantas menghampirinya.
Waktu pergantian shift pun telah tiba dan waktunya bagi Nadia untuk berpindah kesibukan di kampusnya. Di loker, sebelum meninggalkan toko pun Nadia berjalan lebih duluan karena waktunya juga harus segera tiba di kampusnya.
"Kak Rara, Mesya. Saya duluan ya. Assalamu'alaikum," pamit Nadia.
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati Nad," sahut Kak Rara.
"Heh! Kamu ini, ada yang salam itu harus dijawab!" katanya ke Mesya.
"Iya, wa'alaikumsalam," sahut Mesya.
"Oiya, Kak Rara aku tadi belum sempat cerita ya. Mumpung Nadia sudah pergi duluan sekarang aku kasih tahu nih sama Kak Rara. Jadi, tadi itu si Nadia bilang. Kalau dia sedang chat-chat an sama seseorang yang mau benerin laptopnya. Tapi kalau tadi tak perhatikan ya Kak Rara, Nadia itu sepertinya wajahnya ceria sekali waktu chat-chat an sama orang itu. Aku kan jadi mikir, apa ... jangan-jangan dia sedang ngobrol sama Mas Huda ya? Terus, tak pikir-pikir lagi. Tadi pagi kan, Nadia itu yang melayani Mas Huda belanja di toko sini. Mungkin saja dong, mereka berdua memang sudah tukar-tukaran nomor wa. Kita kan juga ... nggak tahu. Iya nggak Kak Rara?" cerita Mesya panjang lebar kepada Kak Rara.
Sementara itu, Kak Rara yang mendengar apa yang baru saja disampaikan oleh Mesya pun raut wajahnya tiba-tiba saja berubah.
"Ah ... Nadia? Apa benar yang dikatakan Mesya barusan ya? Tapi, setahuku Nadia orangnya kan sangat pemalu apalagi kalau sama cowok. Aneh saja, kalau tiba-tiba dia bisa dekat gitu sama Huda," batin Kak Rara.
"Udah Kak Rara, kalau memang Kak Rara itu serius suka sama Mas Huda. Perjuangkan saja Kak! Lagian ini ya, kalau dibandingkan dengan Kak Rara sih menurut aku yang sama-sama kaum hawa saja, jelas pilihan tetap jatuh kepada Kak Rara daripada si Nadia itu," kata Mesya menambah panas suasana.
Kak Rara menatap Mesya yang terus memuji dirinya. Sambil berpikir, apakah sebaiknya dia chat saja sama Mas Huda, ataukah pura-pura saja tidak tahu menahu tentang hal ini darinya.
"Ya udah Kak Rara, kita pulang sekarang yuk. Ojek ku dah di depan soalnya," kata Mesya.
"Lho ... nggak bawa motor sendiri to kamu? Tumben?" tanya Kak Rara.
"Motorku baru diservis soalnya," teriak Mesya.
"Ooh ... diservis?" sahut Kak Mesya Rara. Dia pun kemudian mengenakan jaket, tas serta kaos tangannya.
Sementara itu, Nadia yang masih dalam perjalanan menuju kampus dengan naik bus kota seperti biasanya. Ya ... selain karena lebih murah namun juga karena lebih nyaman. Nggak kehujanan dan juga nggak kepanasan. Selain itu, sembari menunggu tiba di tujuan, Nadia masih bisa mengerjakan tugasnya yang ada kalanya masih tercecer satu dua . Terlebih, saat ini juga sudah ada bus trans yang lebih nyaman dan juga ada AC nya.
"Mudah-mudahan, flashdisk yang kubawa ini di dalamnya sudah aman lah ya isinya. Kalau enggak, bisa mampus nanti ketemu sama Pak Rudi," batin Nadia.
"Klung,"
Suara ponsel Nadia, sebuah notifikasi ada pesan yang masuk.
"Udah pulang kerja Nad?" tanya Mas Huda.
Nadia pun tersenyum melihat pesan dari Mas Huda. Tanpa dia sadari, ada kebahagiaan tersendiri saat kontak pria itu masuk ke dalam ponselnya, terlebih bertanya tentang dirinya.
"Mas Huda jadi perhatian gini ya sama saya?" batin Nadia sebelum membalas chat dari pria tersebut.
"Alhamdulillah Mas Huda. Ini sudah dalam perjalanan ke kampus. Mas Huda juga sudah istirahat lagi ya?" tanyannya.
"Alhamdulillah. Naik apa kamu kok bisa balas chat ku? Bus?" tanya Mas Huda.
"Iya Mas, naik bus," jawab Nadia.
"Pulang kuliah jam berapa nanti?" tanya Mas Huda.
"Kenapa emangnya Mas Huda?" tanya Nadia.
"Nggak apa-apa, cuma tanya saja. Mungkin kalau ada waktu bisa tak ambil saja laptopmu di kos atau dimana gitu?" jawab Mas Huda.
Kata-kata Mas Huda tersebut membuat mata Nadia terbelalak.
"What? Mas Huda mau ambil laptopku di kosan? Seriusan?" batin Nadia.
"Duh ... gimana ya? Nanti, kalau Mas Huda sampai ke kos beneran gimana? Dikira teman-teman kosku nanti kalau dia siapaku. Lagipula kan, rencananya nanti pulang kuliah aku mau langsung pulang ke Solo," batin Nadia.
"Tapi ... sebenarnya aku juga pingin sih ketemu sama Mas Huda, sekalian kan semakin cepat laptopku dipegang sama dia, semakin cepat juga nanti bisa segera pulih lagi," batinnya.
Nadia pun mengalami dilema, dia bingung sendiri mau menjawab apa.
"Nad? Kok nggak dijawab?" tanya Mas Huda lagi karena chatnya terakhir sekedar dibaca tanpa langsung dibalas oleh Nadia.
"Emm ... gini Mas Huda. Sebenarnya pingin banget, ketemuan sama Mas Huda. Biar ... laptopku bisa segera diperiksa sama ahlinha gitu. Tapi, sebenarnya tuh aku hari ini mau mudik Mas. Kebetulan, besuk libur kuliah sama kerja. Habis kuliah, biasanya aku langsung berangkat pulang," jawab Nadia menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya.
"Owalaah ... begitu to? Apa, ketemu di kampus saja?" tanya Mas Huda.
"Hah? Di kampus? Duh ... kejauhan dong Mas Huda nya masak harus sampai kampus saya," jawab Nadia.
"Udah, kamu bilang aja nanti jadwal selesai kuliah jam berapa," kata Mas Huda lagi.
Kali ini, apa yang dikatakan Mas Huda semakin membuat Nadia melongo sama sekali nggak menyangka. Kalau Mas Huda bisa-bisanya menawarkan kebaikan seperti itu kepada dirinya.
Namun belum sempat Nadia membalas chat dari Mas Huda, bus yang ditumpangi Nadia sudah berhenti di depan kampusnya. Sehingga mau nggak mau, Nadia langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas agar bisa segera keluar dari bus.
"Makasih Mas," kata Nadia kepada kondektur bus yang sudah lumayan hafal dengan dirinya.
"Sama-sana Mbak. Semangat kuliahnya! Biar masa depannya cerah secerah langit kota Jogja hari ini ya Mbaknya!. He ... he," jawab kondektur tersebut sambil tekekeh khas pekerja lapangan.
"Aamiin ....," sahut Nadia yang sudah turun dari bus.
*****
Bersambung di chapter selanjutnya ...
Semoga suka dengan tulisan saya ya ... terimakasih banyak semoga rejeki semua pembaca selalu berlimpah. Aamiin.