"Pirlo, aku mohon!" teriak Sisi lalu menarik bahu pemuda itu dengan kuat, dia tau Pirlo sangat marah padanya tapi apa yang Sisi dengar semalam benar adanya.
"Kau mau apa?" teriak Pirlo sembari memutar tubuhnya ke arah Sisi yang masih terlihat sangat sedih karena kemarahan Pirlo ini.
"Aku hanya ingin kau tau jika aku tak mau sesuatu yang buruk terjadi padamu, Pirlo! Aku sudah menganggapmu seperti putraku dan kau tau betapa aku menyayangimu!"
Pirlo terdiam, sekujur tubuhnya bergetar dan kakinya perlahan lunglai. Dia seperti tak sanggup menahan tubuhnya yang luluh karena kata-kata Sisi yang begitu dalam menerkam jantungnya.
"Nyonya!" bisiknya lirih dengan air mata yang mulai membasahi pipinya yang putih. "Maafkan aku jika aku harus semarah ini padamu!"
"Kenapa kau marah?" tanya Sisi lembut lalu menghapus air mata Pirlo yang mulai basah tanpa Sisi paham kenapa pemuda itu begitu marah akan perkataannya.