Chereads / Tante Sisi (Buronan Mertua, Kesayangan Sang Mafia) / Chapter 10 - Owen Tidak Sekeras Itu

Chapter 10 - Owen Tidak Sekeras Itu

Tok... tok... tok...

Seseorang mengetuk pintu dengan sangat kencang membuat Diora terkaget karenanya.

"Kau tunggu di sini, jangan kemana-mana!" perintah Diora dengan berbisik pada Sisi yang tak bergeming.

Diora lalu melangkah menuju pintu dan mencari tau siapa tamu yang datang malam itu.

"Diora, kau di sini?" tanya Owen sambil melangkah masuk.

"Iya, Owen. Aku bersama, Sisi!"

"Hah, wanita itu lagi?"

"Jangan marah, dia sangat menyesal telah menikahi pria itu. Kasihanilah dia!"

"Itu semua salah dia! Andai tadi dia mengikuti langkahku tentu dia tak akan terjebak dalam pernikahan anehnya dengan, Alan!" ujar Owen dengan sangat marah.

"Cukup, kalau kau memang tak ingin menolongku, aku pergi saja!" teriak Sisi yang ternyata sedang mendengarkan percakapan Owen dan Diora di ruang tamu.

"Eh!" Diora menarik tangan Sisi dan memintanya untuk duduk di depan Owen. "Jangan marah dulu!" pintanya lembut sembari meminta Owen mengulangi perkataannya.

"Ah, baiklah. Kau boleh tinggal di sini, Tante!" ledek Owen membuat Sisi yang cemberut kembali tersenyum.

"Kau yakin?" Sisi membalas dengan ledekan yang sama.

"Iya, kau boleh tinggal di sini. Sudah, jangan kau menggodaku lagi. Kau kan sudah punya suami!"

Sisi tersenyum, meski panggilan 'tante' terdengar tak nyaman di telinganya tapi dari situ dia tau jika Owen Grey tak semenakutkan yang dia kita.

"Kau tidur saja di kamar itu, biar aku tidur di rumahku!" ucap Owen sambil menaiki anak tangga menuju kamar tidur yang pintunya menghadap ke pintu masuk rumahnya.

"Eh, jadi dia datang untuk tidur di rumah ini?" tanya Sisi yang mulai khawatir.

"Iya, memangnya kenapa?" tanya Diora sambil terus mengamati langkah kaki Owen yang masih saja lurus tanpa menoleh lagi kearah Sisi.

"Apa tak masalah kami tinggal satu rumah?" Sisi terlihat semakin cemas.

"Memangnya kenapa?" tanya Diora lagi tak mengerti apa maksud kecemasan Sisi.

"Bagaimana jika nanti Alan datang dan memergoki kami?"

Mendengar perkataan Sisi, Diora malah terkekeh. "Kau ini!"

Pipi Sisi menjadi merah dengan pertanyaannya sendiri, dia lalu menunduk dan melangkah kembali ke ruang makan untuk melanjutkan makannya.

"Kau ini, sudah tua tapi masih saja seperti anak kecil!" bisik Diora melihat sikap Sisi yang tak menanggapi tawanya tadi.

**

Keesokan Harinya.

Sisi merasa sangat segar setelah tidur malamnya yang tanpa beban, dia membuka matanya yang coklat dan melihat sekeliling kamar yang nampak mewah dan sunyi.

"Selamat pagi, Nyonya. Kau sudah bangun!" sapa Diora sambil melangkah masuk ke dalam kamar tempat Sisi baru saja membuka matanya.

"Selamat pagi, Ini jam berapa?" tanya Sisi sambil merentangkan tangannya.

"Baru jam 7 pagi!" jawab Diora singkat sembari membukakan gordeng biru di jendela kaca besar yang menghadap ke balkon.

"Oh, tapi kau sudah siap dengan sarapan pagiku?"

"Aku sudah biasa membuatkan sarapan untuk, Owen jam 6. Tapi karena aku kesiangan jadi baru aku buat jam 7!" jelas Diora lalu menuangkan teh kesebuah cangkir kramik yang dia bawa untuk Sisi.

"Kau benar-benar pelayan yang pengertian!"

"MANA ISTRIKU, OWEN!" terdengar suara pria berteriak begitu kencang dari lantai bawah, Sisi yang masih berada di atas tempat tidur segera mengenali suara itu sebagai suara Alan-suaminya.

"Sial, dia tau aku di mana!" geram Sisi lalu mengendap turun dari tempat tidurnya lalu bersembunyi di dalam kolong.

"Hey, kau mau apa di situ?" tanya Diora lalu menarik tangan Sisi keluar.

"Aku tak mau, Alan tau aku di sini?"

"Bangun, kita harus turun dan menenangkan keduanya!"

Mata Sisi membola, dia tak mengerti apa yang dikatakan oleh Diora. Dalam keadaan seperti ini, turun dan menemui Alan tentu bukan ide yang bagus.

"Ayo, kau turun denganku. Jangan sampai mereka berduel di bawah!" tegas Diora membuat Sisi ketakutan.

Melihat wajah wanita 30 tahun itu ketakutan, Diora kemudian mengangkat dagu Sisi lalu berbisik. "Kau wanita kuat, jadi kau tak boleh terlihat lemah di depan pria jahat itu!"

Perkataan Diora itu membuat Sisi seperti tersentak dan menyadari jika kelemahan dari Alan yang kejam itu hanyalah ketegasan dan keberaniannya bukan justru wajah ketakutan.

"Kau benar. Aku harus terlihat kuat di depan pria jahat itu!" tegas Sisi lalu menangguk.

Setelah sepakat mereka kemudian turun dan menghampiri Alan dan Owen yang sedang berdebat sengit tentang Sisi.

"Bagus! Kau kini sudah berani tinggal satu rumah dengan musuhku! Hah!" teriak Alan tepat di depan Sisi.

"Iya, aku memang tingal di rumah Owen!" tegas Sisi membuat mata Alan membola.

"Kau sudah berani menghianatiku!" Tangan Alan melayang tinggi namun Owen yang tau pria ini akan menghajar istrinya segera menarik Sisi mundur dan akan tak menjadi sasaran dari kemarahan suaminya.

"Karena dia tinggal di rumahku, jadi jangan harap aku akan membiarkanmu menyentuhnya!" cegah Owen dengan begitu berani.

"Owen, dia istriku. Apa salah aku menghajarkan karena telah kurang ajar kepada suaminya?"

Owen terdiam sesaat dan Sisi melemparkan senyum termanisnya pada pria muda itu. "Dia memang istrimu, tapi tetap saja, saat ini dia tinggal di rumahku! Jadi jangan sakiti dia!"

"Owen kau cari mati!" geram Alan yang bersiap berduel.

"Hahahahaha! Kau pikir aku takut!" ledek Owen dengan tatapan sinis pada rivalnya ini.

"Owen, jangan!" cegah Diora lalu memberi kode yang hanya dimengerti oleh Owen.

"Ah, iya. Untung kau ingatkan aku!" ujar Owen yang kembali menurunkan ujung bajunya yang sempat dia linting.

"Kenapa? Kau takut!" tegas Alan yang masih terlihat sangat marah dengan apa yang dilakukan Sisi kepadanya.

"Bukan! Aku bukan takut. Aku lupa kalau rahangmu sudah sempat remuk karena pukulanku, kan!"

Mendengar perkataan Owen, Alan menurunkan amarahnya. Memang waktu mereka muda, mereka sering sekali berduel hingga rahang Alan remuk dan jika sampai terjadi lagi, maka dokter tak akan bisa menyembuhkannya.

Mengingat kejadian itu, Alan lalu menatap Sisi dengan tajam. Matanya seperti ingin menelan wanita ini namun nyalinya sudah terlanjur menciut.

"Baiklah, kau sementara tinggal di sini saja. Tapi kelak, aku pasti akan menyusulmu!" tegas Alan lalu membalikkan badannya dan meninggalkan Owen dan Sisi di sana.

"Baru kali ini, Alan mau mengalah dariku!" tutur Owen sambil membalikkan badannya kearah ruang makan.

"Memangnya dia tak pernah mengalah darimu?" tanya Sisi polos.

"Iya, mungkin dia sudah berubah!" tebak Diora namun dijawab Owen dengan gelengan kepala.

"Lalu kenapa dia menolak berduel denganmu?" tanya Sisi lagi.

"Karena dia tau aku pasti akan memenangkan duel ini jika itu karenamu!"

Deg...

Jantung Sisi berdetak kencang mendengar alasan dari Owen yang membuatnya tersanjung.

"Tapi ini belum berakhir, aku yakin dia pasti akan kembali!" ujar Owen lalu melangkah masuk menuju ruang makan.

"Aku hanya membuatmu dalam masalah, Tuan!" bisik Sisi sembari mencari jalan untuk pergi dari rumah mewah Owen.