Chereads / Serendipity : Between Us / Chapter 9 - Along Time

Chapter 9 - Along Time

Nam Taemin dan Anna masuk ke dalam kelas Veri dengan anggunnya. Wanita itu bahkan tersenyum manis pada Veri dengan kuping yang tiba-tiba saja memanas. Teman sekelas Veri bahkan saling bertukar pandang sebab wanita yang selalu dingin pada Veri itu secara terang-terangan tersenyum.

Setidaknya ucapan Nam Taemin memang benar. Ia tidak boleh terlihat takut pada Veri. Harus berpura-pura menerimanya agar semua berjalan dengan baik sampai ia lulus SMA nanti. Melakukan pembukaan lagi hingga membagikan amplop kosong.

"Isi yang banyak yah Hu," ucap Anna. Veri berkedip 'woah' sebab Annastasia yang menyimpan amplop di mejanya itu telah menghantarkan sesuatu yang meletup dalam tubuhnya. Biasanya Annastasia hanya menunduk tatkala berhadapan dengannya.

Apalagi Veri membalikan badan untuk melihat Anna yang membagikan amplop ke belakang meja. Semua teman Veri nampak heran dengan wanita yang belum pernah menebarkan senyuman bila masuk gedung IPA.

Annastasia memang cukup terkenal sebab anak pemilik sekolah ini tergila-gila pada Anna. Namun wanita yang dinginnya minta ampun, ia hanya merunduk atau diam tatkala bersama Veri. Namun hari ini malah terlihat ceria sekali.

Tepat dengan Ayahnya pak Steven yang masuk ke ruangan. Di mana ia pun sebagai Ayah merasa heran sebab anaknya terlihat berseri-seri padahal ada Veri. Memang anak laki-laki itu selalu masuk setiap pelajarannya berlangsung.

Tidak pernah bertingkah ataupun melakukan sesuatu yang dikeluhkan guru-guru tatkala mereka masuk ke kelasnya. "Selamat sore pak," sapa Anna.

"O–oh ya... So–sore?" sahut pak Steven bingung. Anna tertawa kecil tatkala mendapat respon Ayahnya yang lucu itu sampai ia ingin mencubit pipinya. Suara tawa Anna memang sukses membuat seisi ruangan menjadi hening karena ini sungguh kejadian yang sangat langka.

Begitupun dengan Nam Taemin. Melihat dari reaksi murid-murid— bengong memperhatikan Anna. Sudah pasti... Wanita ini memiliki pengaruh besar pada setiap orang. Bahkan Veri saja masih terpaku dian menatap raut wajah yang ia rindukan selama satu tahun ini.

Anna bahkan tidak menjenguknya sebab Veri pun tidak mengatakan di mana ia di rawat saat kecelakaan dahulu. "Cantik sekali..." gumam Veri. Nam Taemin kemudian lekas menyerahkan kotak surat pada murid yang masih memperhatikan Anna.

Semua terbuyarkan dengan sosok tampan yang menagih amplop tersebut. Di mana Anna menggerakkan bola matanya sampai membuat Veri tersadar. Ia lekas mengisi amplop. Bahkan malu-malu tatkala Anna memperhatikan.

Veri menarik amplop tersebut ke bawah meja hingga Anna dengan kedua lengan yang ia kaitkan di belakang punggungnya itu berjinjit ingin melihat berapa uang yang Veri masukan. Bahkan pacarnya itu tidak bisa menahan senyum.

"Banyak bener bos," ucap Henry. Veri yang menggulirkan pandangan pada bawahannya itu tertawa kecil sebab memasukan uang dua ratus ribu rupiah. "Aku sedang berbunga-bunga," ucapnya. Henry menggosok hidung tatkala bosnya memang bukan main-main menyukai Anna.

Ia mengejarnya setengah tahun kala mereka bertemu saat tahun ajaran baru kelas sepuluh, Veri mungkin saja gangguan Jiwa dahulu sebab selalu melakukan tindak kekerasan pada Anna yang menolaknya. Mereka bahkan berpacaran tanpa keputusan Anna.

Mencubit atau menjahili Anna memang kegiatan rutin yang Veri lakukan sebelum ia kecelakaan. Namun mungkin... Sekarang keduanya sudah dewasa dan juga bisa memposisikan diri, meski hanya setengah dari tabiat Veri yang tertinggal di rumah sakit. Bisa saja... Sewaktu-waktu ia berubah seperti dahulu.

Anna bahkan selalu pulang dengan memar di lengan atasnya karena tidak mau menyuapi Veri saat di kantin. Kekasihnya selalu pulang pergi dari bimbingan konseling hingga akrab dengan Guru Dinda. Atau mengadu pada Sirena yang malah ikut menangis.

Namun, Anna akan mencoba... Membuat Veri terperosok lebih dalam saja jika menyingkirkannya merupakan tindakan mustahil. Membuat dia lebih dekat hingga tidak bisa menyakiti Anna seperti dahulu. "Terima kasih semuanya... Terima kasih Pak Steven," ucap Anna.

Ia dan Nam Taemin mengundurkan diri kemudian berlalu ke kelas sebelahnya lagi. Nam Taemin memang benar. Anna hanya harus menghadapinya. Sebab ia malah merasa senang setelah keluar dari kelas Anna. "Kamu lihat gak amplop Veri yang mana?" tanya Anna.

Nam Taemin menggerakan torsonya pada amplop terpisah yang memang Nam Taemin sengaja memisahkan milik Veri sebab tahu akan di tanya seperti itu. Veri bahkan tidak merekatkan amplopnya sampai Anna bisa mengintip dengan mudah.

"Woah, pacarku dermawan juga," ucapnya senang. Ia melepas perekat amplop Veri agar bisa tertutup rapat. Menyelesaikan semuanya sampai bel pulang berbunyi. Ia dan Nam Taemin menyeka keringat tatkala berada di tempat bimbingan konseling. "Beres?"

"Iya, namun untuk kelas sepuluh kuminta semampu mereka aja, soalnya ada yang nangis uang jajannya keburu habis," ucap Anna. Guru Dinda mengangguk ringan. Ia juga tidak bisa memaksa para murid mengeluarkan uang. Di mana sebuah ketukan membuat mereka menggulirkan pandangan.

"Permisi..." ungkapnya sopan. Guru Dinda saja nampak terkejut sebab Veri nampak sungkan saat membuka pintu yang dulu bahkan suka seenaknya anak tersebut buka. "Emm... Mau bicara sebentar sama Anna, Guru," ucapnya. Guru Dinda mengangguk tatkala memberi mereka waktu. "Pulang bareng yah Es?" ajak Veri.

"Aku masih agak lama Hu..."

"Gak apa-apa kok, aku tungguin di kelas kamu yah?" tanyanya. Anna mengangguk sembari mengulas senyum pada Veri yang menampilkan barisan giginya. Mengangguk pada guru Dinda yang juga spontan mengikuti gerakan Veri. Pria itu lekas berlalu kembali.

"Woah, anak itu sepertinya sudah berubah sejak keluar rumah sakit," ucap Guru Dinda

"Bukan berubah, hanya saja aku memberinya signal bahwa secara terang-terangan akan kuhadapi dia," timpal Anna. Ia membuka semua amplop dengan cepat. Dibantu Nam Taemin dan guru Dinda. Puluhan menit mereka menghitung hasil yang di dapat. "Ini sama guru semua kan?" tanya Guru Dinda.

Anna mengangguk, mereka telah mendapatkan lebih dari tiga puluh juta walau satu amplop ada yang memberi dua ribu rupiah. "Besar juga yah," ucap guru Dinda. Memang rata-rata tertutupi sebab satu orang ada yang menyumbang lima ratus ribu dua orang, kemudian dua ratus ribu satu orang."

"Yang dua ratus Veri lho," ucap Anna.

"Iyah?" tanya guru Dinda. Ia membelalak tatkala mendengar kabar tersebut. Bahkan dulu Veri hanya mengisi amplop dengan sebuah ledekan saja. Apalagi Anna mengangguk sembari mengulas senyum. Kenapa ia tidak dari dulu bersikap seperti ini pada Veri.

Mungkin sedikit demi sedikit, Anna bisa mengubah tabiat anak satu itu. Setelah semua usai dalam waktu satu jam setengah kemudian para murid telah menghilang dari peradaban sekolah. Mereka meregangkan punggung.

Lekas berpamitan dengan Nam Taemin yang berubah ke mode dinginnya setelah menerima sebuah pesan singkat dengan bahasa Korea tadi. Lagipula urusan Anna dan Nam Taemin akan terselesaikan hari ini. Sisanya menjadi urusan Bayu.

Ia dengan langkah besarnya itu bergegas menuju kelas. "Eh masih nungguin?" tanya Anna. Kenapa pula dirinya senang sebab Veri benar-benar menunggu. "Iyalah, kok lama bener... Sampai encok nih," ucapnya. Anna spontan tertawa ketika Veri berkeluh sembari menepuk punggung.

Di mana Veri pun ikut menaikan kedua sudut bibirnya kala melihat Anna yang cantiknya bukan main ketika tertawa. "Kamu berubah tahu gak, sejak aku tinggalin," ucap Veri. Ia mematri atensi pada Anna yang tengah membereskan barang-barangnya.

"Berubah gimana?" tanya Anna. Atensinya malah beralih pada sebuah coklat mint bar dalam saku seragam Veri. Anna dengan cekatan mengambil makanan tersebut kemudian mengacungkannya. "Ini buat aku kan? Terima kasih," ungkapnya.

Veri lagi-lagi belum terbiasa dengan debaran yang dibuat Anna. Dulu ia bahkan menolak satu dus coklat Mint kesukaan Annastasia karena dia yang membelikannya. Namun sekarang malah dengan cekatan merogoh langsung dari saku baju di dadanya. "Makin cantik tahu gak?"

"Kan dari dulu juga cantik," sahut Anna. Memang... Veri belum terbiasa. Anna bahkan menaikan satu alisnya setelah membereskan semua barang. Lekas berlalu sembari membuka coklat mint. Mereka berpulang dengan keadaan yang jauh lebih baik dari praduga Anna sebelumnya.

Bagi dia... Bertemu Veri adalah mimpi terburuk kala ia bersekolah. Namun dengan keterbukaan yang ia paksakan sekarang ini, ternyata berhasil mengubah Veri menjadi lebih bersikap. Pria itu dulu bahkan pernah menaikan rok Anna sampai ia mogok sekolah dua hari.

"Makan dulu yuk, kayaknya kamu belum beristirahat dari tadi," ajak Veri.

"Iya, bentar ngasih tahu Ayah dulu, Sirena juga gak pulang soalnya ngerjain tugas. Entar terjadi bencana sapu melayang kalau gak izin dulu," jelasnya. Joshua lagi-lagi hanya terkekeh mendengar perkataan dari Annatasia yang sibuk mengotak atik ponselnya kemudian melakukan panggilan pada pak Steven.

Meminta izin untuk pergi keluar tanpa pulang ke rumah untuk membenarkan ponselnya. Lagipula ia akan mendapatkan uang setelah ini. "Lho... Motormu mana?" tanya Anna. Veri malah mengendarai motor matic nmax padahal seingat dia, Veri selalu naik motor Trail setiap ke sekolah.

"Tukeran sama Henry tadi," jelas Veri. Anna mengangguk— untung. Sebab, ia selalu kerepotan dengan roknya bila menaiki motor Trail kesayangan Veri itu. Segera menyimpan ponselnya walau ia tiba-tiba saja tertegun. "Ayo naik," ucap Veri.

Ia menjulurkan lengan pada Anna yang malah menatap udara. "Nam Taemin... Astaga, lupa," ucap Anna. Veri begernyit tatkala Anna mengedarkan pandangan. "Bentar Yah, aku ninggalin Nam Taemin di ruang BK, entar tersesat."

"Ya elah, biarin aja ka—"

"Bentar okey?" potong Anna. Ia berlari kembali masuk ke gedung IPS. Meninggalkan Veri yang tertegun hingga mengeraskan rahang sebab kekasihnya malah menyusul pria lain. Anna menghampiri Nam Taemin tanpa melihat Veri yang masih terpaku dengan motornya.

"Sepertinya... Aku terlalu lama meninggalkanmu Es."

To Be Continued...