"Korupsi?" tanya Anna. Ia meninggikan suaranya tatkala Nam Taemin malah dengan santai membuka baju seragam. Menampakan kaos ketat bewarna hitam walau sempat membuat Annastasia sejemang memejamkan mata sampai salah tingkah dengan bentukan badannya. Wow.
"Kenapa dibuka?"
"Karna kamu merepotkan Anna— ssi, aku gerah," ucap Nam Taemin. Ia mengikat salah satu lengan Annastasia dengan ujung bajunya kemudian menjulurkan lengan sembari menggerakan torso agar Anna juga mengikat lengannya sampai Anna mencuatkan senyum tipis pada Nam Taemin.
"Sekolahmu sering menggalang dana?" tanya Nam Taemin. Ia memperhatikan lengan Annastasia yang tengah mengikat lengannya. Apalagi Anna mengangguk sembari mengingat, sejak kapan diadakan penggalangan dana tersebut. Sebab, sewaktu ia jadi anak baru pun acara ini sudah ada.
"Awalnya hanya sebulan sekali, namun semakin banyaknya korban bencana, penggalangan dana di lakukan seminggu sekali, tapi semua murid tahu kemana uangnya mengalir, sebab bila bukan guru Dinda yang menyerahkan uang tersebut, maka kepala sekolah akan menunjukan bukti bahwa uang itu benar di sumbangkan," jelas Anna.
Nam Taemin mengernyit sebab Anna mengikat perngelangan lengannya kencang padahal ia melakukannya secara hati-hati tadi.
"Tuduhanmu sangat tidak mendasar dan bisa saja memcoreng nama baik sekolah, Nam Tarif."
"Ini juga merupakan Zona merah bagiku Qna— ssi." Nam Taemin mengetahui informasi ini dari guru Dinda. Ia di minta untuk mencari bukti pada ruang rahasia yang hanya bisa dimasuki kepala sekolah, komite terdahulu kemudian Veri, Raihan dan juga Henry.
Itu sebabnya Crystal mencoba untuk mengikuti Raihan namun malah berakhir terkena gamparan sampai Nana yang seharusnya berada di dalam tim Henry, malah berada di tim Raihan.
Nam Taemin juga sedikit khawatir sebab Nana pernah memberi pukulan pada Raihan sewaktu ia kepergok menampar Crystal.
Namun dari semua itu, Nam Taemin khawatir saat ia nanti memasuki ruangan yang kata guru Dinda banyak uang tersimpan di sana. Bisa saja guru Dinda menjebaknya dengan berpura-pura meminta ia mencari bukti, padahal ternyata melaporkannya kepolisi dengan tunduhan penyusup serta pencurian uang nanti.
"Itu sebabnya aku harus berhati-hati saat percaya pada orang lain," jelas Nam Taemin. Ia pun sudah pernah mengalami pernghiatan besar. Nam Taemin tidak ingin jatuh dua kali. Apalagi guru Dinda memang teman dari Ibunya Minho yang menginginkan tahta dirinya.
"Lalu kenapa kau mau menjalankan misi berbahaya ini Nam Taemin?" tanya Anna. Ia memimpin jalan sembari mendengarkan celotehan Nam Taemin.
"Sudah kubilang, ini—"
"Demi Kim Minji?" potong Anna. Ia kesal dengan Nam Taemin yang sepertinya terlalu memuja wanita tersebut. Kenapa tidak ikut pindah saja ke Indonesia dan bersekolah di tempat yang sama. Nam Taemin kaya, ia bisa membelikan rumah untuk Kim Minji bila ada di sini.
"Seharusnya kau mengurus dirimu sendiri terlebih dahulu Nam Taemin! Bukan membiarkan wanita berada di atas segala-galanya sedangkan kamu sendiri kesusahan Nam Taemin," ucap Anna.
Nam Taemin menyeringgai dengan perkataan Annastasia yang mulai mencoba untuk ikut campur dalam urusan pribadinya. Terlalu banyak berceramah nanti bila ia membiarkannya.
"Ini bukan urusanmu Anna— ssi, kau tidak per—"
"Begitupun aku Nam Taemin... Kau tidak berhak ikut campur urusanku dengan Veri bila aku yang hanya memberimu sedikit saran saja responnya langsung begini," potong Anna.
Jelas dari bagaimana Nam Taemin menantapnya sembari mengeraskan rahang. Dia tengah menahan amarah. Nam Taemin juga tidak punya pilihan lain selain memisahkan Anna dengan Veri.
Kemudian mengungkap bangkai yang sekolah ini pelihara. Namun ia juga tidak bisa melakukannya bila tanpa Anna yang mampu mengalihkan Veri.
"Kita bicarakan ini nanti Anna— ssi," timpal Nam Taemin. Lagipula ada benarnya mengenai ucapan yang Anna hujamkan padanya.
Walau seharusnya, Anna tahu sebelum mengatakan di atas segala-galanya. Kim Minju memang merupakan tujuan hidup Nam Taemin satu-satunya.
Sosok yang mampu mengeluarkan Nam Taemin dari berbagai keterpurukan mengerikan, Minho saja tidak cukup untuk Nam Taemin sebab Kim Minji merupakan satu-satunya malaikat yang telah memberikan banyak cahaya dan warna dalam hidupnya.
Ia akan melakukan apapun untuk Kim Minji, bahkan bila harus terperosok lagi dalam sebuah kesengsaraan serta duka. Nam Taemin hanya perlu berhati-hati kala ia melangkah.
Anna juga tidak banyak menanggapi Nam Taemin kala ia ditarik ke koridor kiri, namun Anna sekuat tenaga menariknya kembali ke kanan.
Sama halnya dengan Nam Taemin yang menunggu Anna saja untuk memulai pembicaraan. Bisa jadi Hugom kalau ia yang malah bertanya nanti.
Walau memang, bibir Nam Taemin yang puluhan menit diam itu sudah gatal sekali ingin memulai pembicaraan pada koridor kosong tersebut.
Namun mereka yang sudah beristirahat hingga memulai perjalanan lagi pada jam dua dini hari ini memang sedikit membuat Anna ingin menangis.
Ia kelelahan untuk berjalan lebih jauh, walau tiba-tiba maniknya melebar tatkala mendapat sebuah puntung rokok.
"Ya! Nam Taemin!" ucap Anna sewot. Nam Taemin kemudian mengikuti arah telunjuk Anna sampai ia melebarkan senyum untuknya.
Mereka sudah dekat dengan jalan keluar, tempat tersebut sudah di jamah siswa yang bersembunyi hanya untuk bisa merokok. Di mana keduanya bertukar pandangan sebab menemukan dua koridor.
"Kanan," ucap Anna.
"Instingku mengatakan kiri, kanan bakal tersesat lagi," sahut Nam Taemin. Keduanya berada dalam puncak keegoisan yang sama sebab ingin secepatnya keluar dari tempat tersebut. Lantaran mereka sudah penuh dengan keringat.
"Sedari tadi aku yang menuntun jalannya Nam Taemin, sampai kita bisa sedekat ini dengan jalan keluar," ungkap Anna. Ia juga tidak ingin bila nanti keputusan Nam Taemin malah membuatnya tersesat kembali.
"Tapi aku mau kiri Anna— ssi."
"Aku mau kanan," timpal Anna tidak mau kalah. Nam Taemin mengusap wajahnya frustasi, begitupun dengan Anna yang menatapnya datar.
Ini sebagai pertanda bahwa ia tidak akan menurut lagi pada Nam Taemin. Instingnya mengatakan bahwa mereka harus ke kanan.
"Pokoknya kiri Anna— ssi."
"Pokoknya kanan!" tekan Anna. Bisa satu abad bila mereka terus begitu. Sampai akhirnya Nam Taemin melepaskan ikatan lengannya untuk menakuti Anna.
"Ya udah, kamu kanan aku kiri. Jangan salahkan aku bila tersesat lagi," ucap Nam Taemin. Ia menggerakkan torso pada Anna yang teguh dengan keyakinannya.
Apalagi Nam Taemin tersenyum samar sebab Annastasia menatapnya— ganar. Sedetik kemudian Nam Taemin malah melebarkan manik sebab Anna benar-benar pergi ke kanan.
"Ya! Neo dulyeobji anhda?" ucapnya.
*Kau tidak takut?*
"Ya..." sahut Anna. Nam Taemin terperangah dan malah mangap-mangap sebab Annastasia memang bukan hanya bisa berubah menjadi beruang hitam. Namun keras kepalanya saja sudah seperti es batu yang perlu ia lelehkan.
"Ya! Nal gidalyeo Anna— ssi!"
*Tunggu aku*
Nam Taemin akhirnya mengalah untuk mengikuti Annastasia. Namun langkah keduanya malah terhentikan dengan suara langkah kaki beberapa orang hingga membuat Anna spontan menatap Nam Taemin— ganar.
"Oh? Ada yang menyusul kita bahkan sampai sini?" lontar Anna. Namun dirinya malah semakin belingsatan tatkala Nam Taemin dengan tergesa menghampirinya.
Mengikat kedua lengan Resa cepat hingga pemiliknya pusing harus melakukan apa.
"Y– ya... Nam Taemin? Aw aw awss!" Annastasia melebarkan manik sebab Nam Taemin mendorongnya hingga tersudutkan di tembok. Mengecup ceruk leher berkeringat Annastasia dengan cepat.
"Ya! Neo michyeosseo!" bentak Anna.
*Kau gila!*
Anna spontan memberontak saat kedua lengannnya diikat kencang.
"Ya! Nam— Taemin..." lirih Anna. Ia terus melakukan pemberontakan sekuat tenaganya yang tersisa tatkala merasakan lidah Nam Taemin pada ceruk lehernya.
"Taemin— a..." rintihnya. Orang baru ini lebih gila dari Veri yang hanya memeluknya. Stres hingga tervonis gila sampai mati dan Anna yang akan menjadi seorang pendakwanya nanti.
Hingga beberapa detik kemudian untuk suara rengekan Anna yang mengundang beberapa orang.
Annastasia malah semakin meraung saat Veri menangkap basah dirinya bersama Nam Taemin. Di mana Veri dengan berangnya menghampiri Nam Taemin dan menarik pundak pria tersebut.
Buak! Hanya dalam hitungan detik. Nam Taemin yang mendapat satu pukulan dari Veri itu pada akhirnya mendapat hujaman ramai-ramai dari para antek-anteknya.
Di iringi dengan suara teriakan Annastasia hingga spontan Veri mendekapnya.
"Tenanglah... Kamu aman sekarang Es," ucap Veri. Nam Taemin menimbulkan kesalah pahaman, hanya untuk menyelamatkannya.
To Be Continued...