Laki-laki didepannya memegang kaki Selena tanpa permisi yang membuat Selena hendak marah padanya. " Kamu mau ngapain?"
"Tenang aja aku cuma mau nolong kamu kok, kaki kamu kayaknya butuh di urut. Kamu tahan ya! Ini kayaknya bakalan sakit." Sosok di depan Selena mulai memijat pelan kakinya.
Selena menggigit bibirnya karena menahan sakit dikakinya, "Aaaaa." Itu adalah rasa sakit yang benar-benar luar biasa untuknya.
"Gunakan sekarang udah enakan kan?"
Selena merasa kalau ucapan cowok didepannya benar, kakinya sekarang lebih mudah digerakkan dan rasa sakitnya berkurang. "Oh iya udah mendingan, makasih ya."
Cowok itu ikut duduk disebelah Selena dan mengulurkan tangannya, "Aku Raiden."
Dengan ragu Selena membalas jabatan tangan dari Raiden, "Aku Selena."
Raiden sedikit tertawa padanya, "Bulan? Artinya bulan kan?"
Selena sempat kaget mendengarnya, karena akhir-akhir ini banyak orang yang tahu tentang arti namanya. "Kok kamu tau?"
"Tau lah, kamu tau nggak arti nama aku?"
Sontak Selena jadi ikut berfikir tentang pertanyaan Raiden, tapi dia menggelengkan kepalanya karena tidak menemukan jawabannya. "Enggak tahu, emang artinya apa?"
"Guntur." Jawabnya dengan senyum manis yang tidak pernah pudar.
Selena jadi kepikiran guntur yang di takutinya, guntur yang terlalu menyeramkan untuknya.
"Kenapa? Artinya jelek ya?"
"Oh enggak kok, cuma aku phobia aja sama guntur."
"Tenang aja aku nggak bakal buat kamu phobia kok, oh iya malem-malem begini kamu mau kemana?"
Selena terdiam, karena dia juga tidak tahu akan kemana. Yang dilakukan sekarang hanya duduk untuk melepas penat, tapi untuk tujuan juga dia tidak tahu akan seperti apa.
"Kamu mau nggak aku tunjukkan tempat yang bisa buat kamu tidur malam ini?"
Mendengar ucapan Raiden cukup menarik perhatian Selena. Dia menatap Raiden dengan tatapan menunggu jawaban darinya.
"Aku punya temen yang mengelola kos-kosan, kamu mau coba lihat dulu? Aku yang bakal anterin kok."
"Tempatnya dimana?"
"Agak jauh dari sini sih, kita perlu satu jam perjalanan. Gimana?"
Di benak Selena itu adalah solusi yang bagus, semakin jauh semakin baik. Dia juga tidak ingin bertemu dengan keluarganya disini. "Mau kok."
"Oke kita berangkat sekarang?"
Selena dengan pasti menganggukan kepalanya, "Iya ayok."
"Oke kita naik motor aku aja ya? Kamu nggak apa-apa kan naik motor?"
Walaupun dari keluarga yang kaya tapi me jadi sederhana sudah Selena lalui sejak masih kecil. "Iya naik apa aja."
Raiden tersenyum dan bangun dari duduknya lalu mengulurkan tangannya, "Ayok!"
Selena menerima uluran tangan dari Raiden ikut tersenyum padanya. Dengan baik hati Raiden ikut membawakan koper Selena.
Entah kenapa bertemu dengan Raiden tidak membuat Selena merasa curiga padanya. Padahal kalau dilihat Raiden mirip dengan karakter cowok bad boy yang sering muncul di tv. "Kamu tinggal di sini?"
Raiden menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan Selena tadi.
Mereka sampai didepan toko kue yang ada disana, motor Raiden ternyata ada didepan bangunan itu. Dia menaruh koper Selena didepan agar lebih praktis. "Maaf ya aku nggak bawa dua helm, tapi tenang aja kan segini nggak ada polisi kok."
"Iya nggak apa-apa kok." Selena langsung naik ke atas motor Raiden yang cukup tinggi.
Dengan tas yang lumayan besar Selena hampir saja terjengkang karena posisinya yang berat belakang. "Udah yuk kita berangkat!"
Jalan malam ini benar-benar sepi, semua yang ada didepan Selena terasa tidak menarik. Padahal di setiap pinggir jalan ada taman yang dihias sangat cantik.
Tiba-tiba ponselnya berdering, Kalani menelponya beberapa kali tapi tidak juga diangkat Selena. Pikirannya sedang kacau walau hanya untuk sekedar membicarakan tugas besok pagi.
Selena bahkan sudah tidak memikirkan besok pagi, entah sekolah atau apapun itu. Di otaknya sekarang hanya terputar kejadian-kejadian hari ini, mulai dari semua siswa yang membicarakannya sampai papanya yang benar-benar mengusirnya.
Perjalanan satu jam terasa sangat lama untuknya, padahal biasanya dia sekolah juga memerlukan waktu satu jam dari rumahnya. "Raiden ini masih lama?"
"Sebentar lagi." Ucapnya agak keras karena suaranya terbawa angin.
Mereka memasuki wilayah yang sama sekali tidak dikenal Selena. Mulai dari masuk ke gang-gang kecil dan padatnya rumah membuat Selena agak terkejut. Karena dia sudah terbiasa tinggal dirumah besar yang tidak memiliki tetangga, sekarang melihat perumahan penduduk padat sedikit mengejutkannya.
Raiden menghentikan motornya didepan rumah yang bertingkat cukup besar, mungkin itu satu-satunya bangunan besar disana kecuali sekolah.
Selena lalu ikut turun dari motornya dan juga menurunkan koper yang dibantu oleh Raiden.
Seorang laki-laki keluar dari dalam bangunan dan menghampiri mereka. Sepertinya umurnya tidak jauh berbeda dengannya, hanya saja tingginya jauh diatasnya.
"Hai bro." Raiden menyapanya lebih dulu.
"Cewek Lo?"
Cowok itu mendapat pukulan dari Raiden karena asal bicara. "Ini bukan cewek gue, dia gadis baik tolongin ya? Lo masih ada kamar yang kosong kan?"
Cowok itu memandangi Selena dari atas sampai kebawah, yang membuat Selena merasa risih padanya.
"Ada satu diatas, tapi kenapa tiba-tiba dan malam-malam begini? Nih cewek juga masih pakai rok sekolah lagi, jangan-jangan Lo nyulik anak orang ya?"
Lagi-lagi Raiden memukul cowok itu, "Lo kalau ngomong jangan ngasal dong! Dia temen gue, pokoknya lagi ada musibah jadi Lo harus bantu dia!"
"Oke gue terima dia ngekos disini, tapi harus nunjukin identitas dulu! Lo ada KTP nggak mbak?"
Selena merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan kato dari dompetnya, setelah dicek oleh cowok tadi baru Selena di perbolehkan masuk.
Dengan bantuan Raiden dan cowok itu, Selena bisa dengan mudah memindahkan barangnya ke lantai dua. "Terima kasih ya kalian semua."
"Sama-sama, oh iya ini namanya Thora mukanya galak tapi aslinya baik banget kok."
Sena tersenyum kepada Thora si pemilik kos-kosan ini, "Terima kasih ya."
"Sama-sama, nih kuncinya." Thora menyerahkan dua kunci pada Selena. "Itu untuk pintu kamar sama pintu gerbang, kalau ada apa-apa panggil aja gue! Atau Lo bisa hubungi pakai nomer yang ada di pintu tuh. "Thora menunjuk nomernya yang terpasang di setiap pintu.
"Lo pinter ya bro, bisa dapet nomernya cewek-cewek." Ucap Raiden mencoba menyindirnya.
"Oh iya aku juga mau minta nomer kamu, boleh kan?" Raiden kembali menatap Selena.
Dengan senang hati juga Selena memberikan nomer teleponnya, lagipula Raiden sudah berbuat baik padanya dan siapa tahu dia akan membutuhkan bantuannya lagi.
"Terima kasih ya, oh iya mending kita pergi dulu deh biar Selena istirahat dulu."
Thora menyetujui Raiden yang mengajaknya untuk membuatkan Selena sendiri.
"Terima kasih ya." Ucap Selena lagi saat mereka menuruni tangga.
Satu hal yang Selena syukuri hari ini adalah, masih ada kehadiran orang-orang baik yang muncul secara tiba-tiba.