Ternyata cuaca hari ini cukup terik, matahari bersinar tanpa ada awan yang mengganggunya. Selena yang baru sampai di lapangan pun langsung melipir ke pinggir lapangan yang ada bayangan pohon.
Terlihat beberapa siswa sedang membawa bola, sepertinya hari ini mereka akan bermain futsal. Hal yang paling tidak disukai Selena salah satunya adalah berlari, dan didalam futsal ahrus mewajibkan berlari.
Moodnya sudah turun sejak pagi, kini bertambah turun lagi karena melihat materi yang akan di laksanakan.
Suara peluit terdengar di seluruh lapangan, membuat Selena harus berdiri dan berkumpul bersama dengan yang lain.
"Selamat pagi semuanya." Pak Jojo menyapa mereka dengan semangat 45.
"Pagi pak." Sedangkan para siswa membalasnya dengan suara parau seperti orang yang sedang kekurangan makan.
"Kok lemah sekali, mana semangat kalian?" Pak Jojo semakin menggebu-gebu menarik semangat mereka.
Tapi ternyata usahanya tidak berhasil, para siswa masih tetap sama semangatnya. Bahkan mereka sudah tidak perduli dengan pelajaran itu, cuaca panas membuat sebagian besar saling mengeluh.
Apalagi Selena yang sejak kemarin belum makan apapun, dan kurang tidur. Bukan lagi tidak semangat, tapi memang rasanya badannya sudah tidak sanggup lagi. Pandangannya semakin buram, dan seketika menjadi gelap.
Brak
Selena terjatuh ditengah lapangan dan membuat para siswa yang lain menengok ke arahnya. Pak Joko juga langsung menghampiri Selena, "Ayo bantu bawa ke UKS!"
Dengan suka rela Raka maju dan membopong tubuh Selena, hal ini membuat para siswi jadi ketar ketir melihatnya. Banyak dari mereka yang menyoraki karena tidak suka dan ada juga yang mendukungnya. "Stop! Kalian ini nggak mau bantuin cuma bisa ngomong doang." Pak Joko mengentikan mereka yang masih berbicara.
Sedangkan Raka dan Kalani membawa Selena ke UKS yang letaknya agak jauh dari lapangan. Dengan mudah Raka membopong tubuh Selena, karena memang badannya yang kurus.
Mereka berdua tampak panik dengan keadaan Selena yang tiba-tiba wajahnya berubah pucat seperti ini. "Aduh Selena, kamu ini kenapa sih?" Kalani terus mengajaknya berbicara walaupun tanpa respon dari Selena.
Setelah sampai di UKS, Raka segera membaringkan tubuhnya di kasur pasien. "Kalani coba kamu cari minyak kayu putih atau aromaterapi yang lain!"
Kalani mencari di kotak p3k dan menemukan botol minyak kayu putih dengan isi tinggal sedikit. "Ada tapi isinya mau habis."
"Udah nggak apa-apa yang penting masih ada aromanya." Raka segera mengambil minyak itu dan mengoleskan disekitar hidung Selena.
Mereka saling berbagi tugas merawat Selena, Kalani melepas sepatu dan kaos kaki yang dikenakan juga menyalakan kipas angin disekitarnya.
Sedangkan Raka dengan sabar mengajak Selena berbicara dan terus menggoyangkan lengannya. "Selena ayo bangun!"
Hampir sekitar 10 menit Selena baru membuka matanya. Kalani dan Raka yang melihat ikut antusias dengannya. "Selena bangun!" Kalani sedikit tersenyum padanya.
Sepertinya Selena sedang kebingungan, dia mencoba mengingat kali terakhir tempatnya berdiri dan tempat ini. "Aku tadi pingsan ya?"
"Iya kamu pingsan, mana bangunnya susah banget lagi kan kita jadi khawatir banget." Sahut Kalani.
Selena bangun dan bersandar di tembok sebelahnya. "Kok aku bisa ada disini?"
"Tadi Raka yang bawa kamu kesini." Kalani menjawab pertanyaan yang akan dijawab sendiri oleh Raka.
"Terus kalian nggak ikut pelajaran?"
Mereka berdua menggeleng bersamaan, "Enggak Sel, tapi nggak apa-apa juga kan kita jadinya nggak kepanasan di lapangan." Raka menjawabnya dengan cengiran khasnya.
"Makasih ya Raka."
"Sama-sama."
***
Di depan bangunan kos berlantai dua itu sedang ada dua orang pemuda yang tengah berbincang-bincang.
Kedatangan mendadak Selena tadi malam membuat torang masih penasaran dengannya, dia menelpon Raiden untuk menjelaskan kejadian semalam dengan sebenar-benarnya. "Jadi gimana ceritanya? Gue kenal Lo udah lama dan ngga mungkin Lo asal bawa orang."
Raiden terlebih dahulu mana kopinya sebelum menjawab pertanyaan dari Thora. "Jadi sebenarnya gue udah ketemu sama Selena itu satu hari sebelum dia ke sini. Awal pertemuan gue sama dia itu sama sekali tidak menarik, dia jatuh dari motor waktu hujan deras dan hal itu sangat menarik buat gue makanya gue tolongin. Tapi pertemuan kedua itu memang bener-bener ada di luar dugaan, malam itu gue lihat Selena lagi kesakitan di pinggir jalan sambil bawa koper sepertinya tadi malam di habis diusir."
Thora yang mendengarkan cerita Raiden tidak terlalu terkejut dengan, tadi pagi Thora sempat mendengar Selena menangis waktu dia mengambil sampah di depan kamarnya. "Sepertinya Selena sedang mengalami masalah besar saat ini. Tadi pagi gue nggak sengaja dengar Selena nangis dikamarnya. Dan untuk masalah diusir menurut lo itu karena apa?"
Raiden sama sekali tidak memiliki gambaran apapun tentang masalah yang sedang dialami Selena karena memang dia sama sekali belum mengenalnya. "Gue juga enggak tahu karena baru kenal sama dia, gue itu sama kayak Lo masih orang awam buat dia. Yang penting tolong bantu dia!"
Melihat Selena memang tidak ada hal yang mencurigakan darinya, wajah Selena terlihat seperti orang yang benar-benar baik. Apalagi Thora menyadari kalau Selena punya sifat yang tulus dari cara dia berbicara. "Santai aja Gue bakal bantu dia kok, tapi pertanyaannya Kenapa lo mau bantuin dia? Lo suka sama Selena?"
Mendengar pertanyaan dari Tora malah membuat Raiden tertawa keras. "Gimana gue mau suka sama dia padahal baru juga kenal? Gue sih lebih nganggep kaya kasihan aja sama dia, lu bayangin aja anak perempuan malem-malem sendirian di pinggir jalan sambil bawa koper apa lo nggak mau bantuin?"
"Lo kan tahu kalau gue orangnya cuek jadi Mungkin aja gue nggak bakal bantuin orang itu. Tapi kalau urusan Selena sudah beda cerita, aku yakin banget dia benar-benar orang baik. Terus juga gue agak kasihan sama dia apalagi setelah semua spekulasi yang lo bilang tadi."
Thora dan kaiden sudah lama berteman mereka berasal dari SMA yang sama dan sekarang juga menempuh kuliah di Universitas yang sama dengan jurusan yang berbeda.
Thora sebagai pemilik di tempat kos-kosan ini sudah lama tidak tinggal dengan keluarganya, hal ini dikarenakan permasalahan yang dialaminya dan menimbulkan masalah antara Thora dengan kedua orang tuanya.
Dia membangun usaha kos-kosan dengan uang yang dihasilkan sendiri sekarang dia juga mengelola tempat ini sendirian. Terbiasa hidup mandiri sejak masih remaja membuat orang merasa tidak kesepian karena jauh dari keluarganya.
Alasan Thora membangun kos-kosan ini karena tidak jauh darinya ada banyak sekolah dan juga pabrik. Hal ini juga sempat dilarang oleh kedua orang tuanya Carla sangat bertolak belakang dengan latar belakang keluarganya.
"Terus menurut Lo gimana kelanjutannya?" Thora menunggu jawaban dari Raiden.
"Jaga dia!"