Chereads / CERITA SEMESTA / Chapter 18 - Peduli

Chapter 18 - Peduli

Akibat kejadian penyesalan tadi pagi membuat Raka dan Kalani menyediakan banyak makanan di depan Selena. Di meja UKS sudah ada nasi goreng dan bakso kuah lengkap dengan minuman es teh manis juga es jeruk

Melihat kelakuan dua temannya malah membuat Selena bingung harus makan yang mana, karena tidak mungkin dia bisa menghabiskan 2 porsi makanan sekaligus. Walaupun sejak kemarin belum makan, porsi di perutnya tidak muat menampung makanan di meja itu. "Ini gimana makannya?"

Malam ini lebih menyodorkan bakso di depan Selena, "Nih mending makan ini dulu, bakso kesukaan."

Saat hendak menerimanya Raka juga menyodorkan sepiring nasi goreng kearahnya, "Tapi ini juga enak Selena."

Dengan terpaksa Selena menerima keduanya walaupun tidak yakin akan menghabiskannya. "Ya udah aku makan semuanya aja deh."

Selena mulai menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya, saat itu Raka tersenyum kepadanya tapi Kalani terlihat kecewa. Setelah satu suap nasi goreng, gantian Selena memakan bakso yang dibawakan Kalani.

Begitu seterusnya sampai perutnya sudah menolak dan isi mangkuk, piring masih ada sisa. "Yah maaf aku nggak bisa habisin semua."

"Iya nggak apa-apa Selena, yang penting kamu udah kenyang." Raka mengambil piringnya didepan Selena dan meletakkannya dimeja.

Selena bersyukur saat ini karena masih memiliki teman-teman yang sangat memperdulikannya. Bahkan untuk urusan makan saja mereka berlomba-lomba membelikan. "Kalian baik banget, aku bingung nanti balesnya pake apa."

"Enggak usah dibalas Sel, kita ikhlas kok. Yang penting kamu sehat duku ya, urusan balas budi kan bisa nanti-nantikan. Setiap orang pasti saling membutuhkan kan? Nanti juga akan ada masanya aku yang butuh bantuan kamu." Kalani memegang tangan Selena yang terasa agak dingin.

"Tangan kamu dingin banget Sel, Raka matiin kipasnya!"

Lagi-lagi melihat mereka saling bekerja sama untuknya membuat hati Selena sangat tersentuh, dan bersyukur sekali. "Kalian baik banget sih."

Kalani memeluknya dari samping, "Kamu juga baik banget Selena. Waktu itu kamu pernah bantu mama aku yang kena serangan jantung, itu hal yang luar biasa banget."

Selena jadi teringat waktu itu saat pergi ke rumah Kalani tidak ada orang. Jadi Selena hendak pergi tapi tiba-tiba mendengar suara benda jatuh, dia jadi mengurungkan niatnya. Saat membuka pintu ternyata mama Kalani sedang kesakitan sambil memegangi dadanya.

Dengan kaki yang tidak memakai alas, Selena bahkan berlari mencari bantuan tanpa memikirkan kakinya. Lantas waktu itu dia terkena serpihan kaca karena kecerobohannya. "Itu kan aku yang ceroboh Sel, malah jadi nambah masalah."

"Siapa yang bilang? Karena kamu mama jadi dapat penanganan lebih cepat dan tepat waktu, kalau aja kamu nggak kari dan cari bantuan mungkin aja ceritanya udah beda." Terlihat sekali mata Kalani berair seperti sedang menahan tangis.

"Tapi kan gara-gara aku terluka jad malah ikut ngerepotin papa kamu buat ngobatin aku."

"Eh jangan ngomong begitu! Pokoknya kamu itu malaikat tak bersayap yang sesungguhnya."

Raka yang menyimak pembicaraan mereka diam-diam mengagumi sosok wanita didepannya. Walaupun baru sehari kenal dengan Selena tapi Raka yakin kalau Selena itu memang malaikat tak bersayap.

Dari cerita Dalfon juga mengaku kalau Selena sering sekali berbuat hal baik kepada siapapun, bahkan sama orang yang membencinya. Hari ini dia bukan lagi mendengar cerita, tapi melihat ketulusan itu benar-benar dari matanya.

***

Mereka pulang lebih awal karena ada guru yang tidak bisa mengisi pembelajaran bimbel sore ini.

Di depan gerbang sekolah, Selena sedang menunggu angkot yang lewat. Badannya sudah cukup baikan setelah obat yang diberikan dokter tadi siang.

Menurut pemeriksaan tadi siang Selena mengalami dehidrasi, kekurangan nutrisi, dan kelelahan. Dokter juga bilang kalau fisiknya dalam keadaan sangat lemah dan perlu diberi infus, tapi karena mempertimbangkan banyak hal Selena menolak untuk dirawat inap.

Satu angkot menepi didepan Selena, dia segera naik dan menyebutkan alamatnya. Dia sekarang bahkan bisa naik angkot bisa sampai didepan alamatnya tidak seperti sebelumnya. Walaupun sebelumnya Selena naik angkot, tapi dia hanya bisa turun di depan jalan raya.

Di dalam angkot Selena masih menutup matanya karena masih pusing. Apalagi saat angkot bergerak naik turun membuat kepalanya semakin pusing. "Mbak lagi sakit?"

Seorang ibu-ibu disampingnya menanyai Selena dengan tatapan khawatir. Selena tersenyum kearahnya untuk membuat ibu itu tidak khawatir lagi dengannya. "Saya baik-baik aja Bu, terima kasih udah ditanya."

"Tapi mukanya kelihatan pucat sekali mbak, apa nggak periksa aja?" Ibu tadi memperhatikan wajah Selena lebih intens.

"Tadi udah diperiksa kok, cuma butuh istirahat aja. Ibu baik banget udah peduli sama saya."

"Saya juga punya anak perempuan mbak, dia kalau sakit itu sampai kejang-kejang jadi agak takut kalau lihat anak gadis begini."

Hatinya sedikit tersentuh dengan ibu disampingnya, Selena jadi teringat dengan sosok bundanya. Duku bundanya juga sangat khawatir dengannya, luka kecil akibat tergores meja pun ibunya akan merawatnya dengan kasih sayang. "Pasti beruntung banget anaknya punya ibu kayak ibu."

"Ibu kamu juga pasti bangga punya ank cantik seperti ini." Ibu itu berniat bercanda pada selama, tapi semua terasa sangat hambar.

"Amin, semoga saja ibu saya bangga."

"Ibu kamu emangnya kemana?"

Selena diam dan menjawabnya dengan gelengan kepala.

Ibu tadi lalu mengelus tangan Selena dengan lembut, "Dimana dia berada yang namanya orang tua pasti bangga sama anaknya."

Ingin sekali Selena menangis dan melontarkan kata-kata kalau orang tuanya bahkan tidak perduli dengan hidupnya. "Semoga saja begitu."

Angkot berhenti tepat didepan kos Selena, dia segera membayar dan turun. Dan kebetulan sekali ibu yang ada disampingnya juga ikut turun. "Lho ibu tinggal disini?"

"Iya itu rumah warna hijau rumah ibu, kamu juga tinggal disini?"

"Iya baru semalam saya pindah kos, kalau begitu saya masuk dulu ya Bu."

"Nak kalau mau ke rumah ibu silahkan ya, jangan sungkan! Ibu seneng kalau ada tamu kok."

Selena tersenyum padanya, "Iya terima kasih Bu."

Saat masuk kedalam dan menutup gerbang, Thora sudah berdiri di belakangnya dengan tangan bertolak pinggang. "Ngobrol sama siapa?"

"Ibu didepan." Selena menunjuk ke arah keluar.

"Baru kenal jangan sok akrab sama orang!" Thora lalu meninggalkan Selena yang masih di tempatnya.

Selena juga segera masuk ke dalam kosnya tidak lama setelah Thora masuk. Dia merebahkan tubuhnya diatas kasur berukuran kecil itu, mungkin seperempat dari kasur di rumahnya.

Memejamkan matanya untuk menebus tidurnya tadi malam. Masih dengan seragam sekolah yang melekat Selena tertidur di kasurnya, semua terasa begitu menghilang saat dia tertidur. Walaupun nanti setelah bangun pasti akan muncul lagi.

Kebetulan sekali suasana kos lebih sepi dan menenangkan, sehingga Selena bisa dengan mudah tertidur.