Malam ini benar-benar terasa berbeda untuk Selena. Sejak tadi dia memandangi setiap sudut kamarnya, tidak ada lagi kamar besar yang sering ditempatinya. Sekarang semua berganti dengan lebih sederhana, dan semoga alur hidup Selena juga lebih sederhana.
Setelah puas melihat sudut kamarnya, Selena beranjak menuju ke kamar mandi untuk bersih-bersih diri. Di kamar mandi juga sangat berbeda, tempat ini hanya seukuran 3x4 meter dengan satu bak mandi yang mengunakan gayung.
Tidak perlu waktu lama untuk mandi, setelah itu Selena lalu mengecek ponselnya. Ada banyak sekali panggilan dari Kalani dan juga Mentari, di kolom chat juga banyak sekali pesan dari mereka berdua.
Karena sudah lelah hanya untuk sekedar berbicara Selena memutuskan untuk menutup matanya. Sulit sekali untuk tidur malam ini, setiap kali memejamkan matanya selalu saja terputar memori saat papanya mengusirnya.
Semalaman Selena tidur dan terbangun lagi, hal ini membuat kepalanya sangat pusing saat bangun dari kasurnya. Semuanya terasa berputar dan semakin parah lagi.
Kembali lagi ponselnya berdering, Selena tidak melihat dari siapa yang menelponnya. Tapi terdengar suara yang sangat dikenalnya, "Halo."
Selena segera bangun dan kembali menatap ponselnya, ternyata panggilan dari neneknya. "Halo Oma."
"Sayang gimana kabarnya?"
Entah kenapa saat neneknya menanyakan kabar malah air matanya yang keluar. Selena tidak mampu mendengar suara neneknya yang terdengar sangat merindukannya. "Aku baik-baik aja kok, Oma sendiri gimana?"
"Baik sayang, oh iya kamu kapan mau jenguk nenek? Udah lama banget loh nggak kesini."
Selena menarik napasnya lebih dulu agar suaranya tidak terdengar parau, "Emm besok deh kalau udah libur. Kakek sendiri gimana kabarnya?"
"Kakek baik juga kok, baru aja pergi katanya mau mancing bareng teman-temannya."
"Oh gitu ya, Oma telponnya Selena tutup dulu ya kan mau sekolah?"
"Yah padahal Oma masih kangen banget sama kamu, ya udah deh tapi nanti pas pulang sekolah telepon lagi ya!"
"Iya siap Oma, assalamualaikum."
"Waalaikumsallam."
Tepat saat panggilan berakhir Selena kembali menangis sampai tersedu-sedu, mengingat Omanya dan juga kakeknya yang sudah lama tidak dia kunjungi membuat Selena semakin merindukannya. Tapi Selena juga tidak mau berkunjung disaat seperti ini.
Oma dan kakeknya ini berasal dari ibunya, sudah lama mereka tahu kalau Atma tidak memperlakukan Selena dengan baik. Tapi setiap mereka menawarkan Selena untuk pindah, dia selalu menolaknya.
Dan akhirnya Selena sendiri yang harus pindah dengan kemanusiaannya sendiri. Kalau sampai hal ini diketahui oleh Oma dan kakeknya pasti mereka akan sangat terkejut, apalagi kakeknya yang memiliki riwayat penyakit jantung. Selena tidak akan berani mengadu kepada mereka mengingat semua kemungkinan buruk yang akan terjadi dengan mereka.
Saat melihat jam ternyata sudah menunjukan pukul 6 pagi, Selena masih dilema harus berangkat sekolah atau tidak. Dia terlalu lelah untuk sekolah, tapi kalau seandainya tidak berangkat itu akan menjadi tanda tanya bagi teman-temannya. Yang ada berita semakin kuat beredar, setelah menghilangkannya Selena secara tiba-tiba.
Dengan langkah berat Selena memutuskan untuk bersekolah. Dia mandi, dan berganti seragam dengan lebih lama dari biasanya. Semua hal yang dikerjakannya hari ini terasa sangat lama, bahkan untuk berjalan keluar kamar juga terasa sangat berat.
Tidak lupa Selena juga membawa seragam milik Manda yang sudah dicucinya semalam. Dia tidak mau ingkar janji karena masalah yang dialaminya.
Dia segera keluar dari kamar dan menguncinya, baru setelahnya dia menunggu angkutan lewat didepan pagar kos-kosan.
Cukup lama Selena menunggu tapi masih belum juga ada angkutan umum yang lewat. "Lagi nunggu apa?" Thora tiba-tiba datang padanya.
"Nunggu angkutan umum."
"Disini jam 7 batu ada bis yang lewat."
Selena terkejut dengan fakta baru itu, bagaimana bus lewat jam 7 pagi sedangkan jam setengah 8 dia sudah masuk. "Yah terus ini gimana dong?"
"Lo sekolah dimana?"
"SMA Taruna, agak jauh sih dari sini."
"Mau gue anterin nggak? Sekalian gue mau beli barang."
Dengan cepat Selena mengangguk. Sudah tidak ada waktu lagi untuk menolak ajakan Thora.
"Oke gue ambil motor dulu." Thora kembali masuk lagi ke rumahnya.
Dia kembali dengan motor matik dengan warna merah, juga helm bogo. Hal itu sangat berbeda dengan wajah Thora yang terlihat galak. "Ayok naik!"
Selena segera naik ke motor Thora, dan mereka melaju kencang menuju ke kota. Jalan disini tidak ada macet, tapi banyak tikungan Yanga mengharuskan para pengendara hati-hati.
Dengan pemandangan ala pedesaan ini cukup membuat mata Selena terbuka. Sedikit mengurangi rasa pusingnya yang tadi sempat menyerang.
"Lo anak mana?"
Selena sebenarnya ragu untuk menyebutkan alamat rumah sebenarnya, karena memang tempat itu bukan perumahan. "Aku tinggal di daerah Bogor."
"Hah Bogor? Lo ngapain sekolah jauh-jauh kesini, emang di Bogor nggak ada sekolahan?"
Sepertinya tadi malam Thora tidak mengecek alamatnya dengan benar, padahal dia sudah mengecek KTP milik Selena. "Enggak tau pengen disini aja."
"Eh Lo jangan bohongi gue ya! Ada masalah apa sampai kabur malem-malem?"
Selena sebenarnya tidak mau menjawab pertanyaan itu, kalau dia menjawab yang sebenarnya pasti akan membuat masalah baru untuknya. "Semalem nyasar terus ketemu sama Raiden, jadinya disuruh ngekos disini."
"Dasar tuh bocah bisa-bisanya setiap orang dikasihani."
Mereka tidak berbicara lagi setelah itu, Thora fokus dengan tugasnya mengendarai motornya dan Selena masih fokus memikirkan banyak hal di kepalanya.
Tidak berselang lama waktu cepat sekali berlalu, mereka sudah sampai didepan SMA Taruna. "Terima kasih Thora."
"Sama-sama, gue langsung cabut ya?"
"Oke."
Thora kembali melajukan motornya menuju ke jalan entah kemana, dirinya sudah tidak terlihat lagi karena saking cepatnya.
Dengan mengumpulkan semua niatnya Selena masuk kedalam gedung SMA Taruna. Semua yang ada disini terlihat normal, tidak ada hal baru atau yang berbeda dari sekolah ini.
Saat melewati koridor tiba-tiba sebuah tangan merangkulnya dari belakang membuat Selena terkejut. "Kalani ngapain sih kayak begini?" Selena melepas tangan Kalani dari pundaknya.
"Ih kenapa sih? Lagi pms ya?"
"Enggak Lan." Selena meninggalkan Kalani dan melanjutkan langkahnya.
Sedangkan Kalani mengomel di belakang sambil menyusulnya. "Semalem ditelpon kenapa nggak dijawab?"
"Ketiduran." Jawabnya dengan pandangan yang masih lurus ke depan.
Merasa kesal karena sejak tadi Selena bersikap cuek padanya, Kalani langsung membiarkan Selena jalan sendiri menuju kelasnya.
Saat sampai di kelas Selena langsung duduk dan membaca novel yang dibawanya. Kalani yang baru saja sampai juga langsung duduk disebelahnya. "Kamu lagi ada masalah ya?"
Selena yang merasa diajak bicara langsung menoleh kearahnya, "Aku baik-baik aja kok, bener kata kamu. Aku lagi pms, jadi jangan banyak tanya ya!"
Kalani terdiam dengan Selena, karena dia biasanya wanita paling kuat saat menghadapi pms. "Oh oke."